Sejak resmi diluncurkan akhir minggu lalu di Istana Cipanas, akun Twitter Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung jadi pembicaraan banyak pengguna internet. Mereka juga berbondong-bondong mengikuti sang presiden dengan beragam motivasi dan kepentingan. Walhasil, hampir satu juta orang menjadi pengikutnya. Salah satu isu yang hangat diperbincangkan adalah soal tampilan akun @SBYudhoyono yang mirip atau, bahasa kasarnya, menjiplak tampilan akun Presiden Amerika Serikat Barack Obama, @BarackObama. Siapapun yang membandingkan kedua akun tersebut akan menangkap kesan tampilan keduanya serupa: Laksana Twitter dibelah dua.
Yang paling mencolok adalah penggunaan foto latar yang senada. Barack Obama menggunakan foto saat bersalaman dengan pendukungnya. Pun SBY menggunakan foto sejenis untuk menghiasi halaman akunnya. Kesamaan lain ada pada penggunaan penanda, untuk membedakan antara kicauan staf dan sang presiden. Obama menggunakan tanda
-bo, sedangkan SBY menggunakan tanda
*SBY*. Bedanya, Obama memposisikan akun Twitternya sebagai akun pribadi. Sedangkan SBY menjadikan akunnya sebagai akun resmi kepresidenan. Lihatlah alamat website yang digunakan dan rombongan (atau bahasa mas Inu di buku Pak Beye tim hore) yang dilibatkan. Obama menyantumkan website
www.barackobama.com dan mengerahkan tim "Organizing for Action" yang tak lain tim kampanye "Obama for America" yang dipimpin oleh Jim Messina. Sedangkan akun Twitter SBY dikelola oleh staf kepresidenan, lengkap dengan alamat website
www.presidenri.go.id. Sekilas, tampilan akun @SBYudhoyono tidak ada hubungannya dengan selera Pak Presiden karena merupakan hasil 'kreatifitas' (kata ini dikasih tanda kutip karena meniru bukan hasil murni kerja kreatif) staf kepresidenan. Tapi kalau ditelusuri ke belakang, aksi mengekor Obama sebenarnya sudah pernah terjadi selama musim kampanye Pemilu Presiden 2009. Waktu itu, gaya, tema dan materi publikasi kampanye SBY mirip dengan konsep kampanye Obama di Pilpres AS 2008. Pilihan meniru gaya kampanye Obama tidak hanya menjadi sorotan
media, tapi juga sempat menuai protes ormas pendukung SBY bernama "Relawan SBY". Dalam penilaian Relawan SBY, seperti diberitakan
Harian Pelita, "metode kampanye yang dilakukan Fox Indonesia untuk SBY lebih cenderung menjiplak (cloning) gaya kampanye Barack Obama tahun lalu. Dan kampanye itu sendiri dianggap sangat tidak tepat diterapkan di Indonesia." Kesamaan ada pada logo kampanye, gaya kampanye dan poster kampanye seperti bisa dilihat di kolase foto yang dikumpulkan oleh blogger Fathurrokhim di ncplus.wordpress.com. [caption id="attachment_238366" align="aligncenter" width="465" caption="Sumber:
http://ncplus.wordpress.com/2009/05/17/sby-ala-obama/"]
[/caption] Kampanye perdana SBY juga dilaksanakan dengan konsep tata panggung dan nuansa yang mirip dengan kampanye perdana Barack Obama. Mengutip hasil pantauan
KOMPAS.com, tidak hanya penataan tempat saja yang sama, konsep acara dan desain poster dan spanduk yang dibentangkan juga serupa. Saat menggelar hajatan 'Pidato Kemenangan", tim SBY masih mempertahankan gaya Obama. "Ya boleh dikatakan begitu mirip dengan pidato kemenangan Obama. Tapi ada bedanya juga, pidato kemenangan Obama itu lebih mewah, kalau SBY nanti lebih sederhana tapi kelihatan mewah karena ada permainan lighting dan dominasi warna merah putih," kata Brahmana yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua
Media dan Penyiaran Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat, seperti dikutip
INILAH.COM. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan aksi tiru-meniru yang dilakukan oleh SBY. Apalagi yang ditiru adalah sesuatu yang sudah terbukti berhasil dan dianggap modern dan sesuai dengan zamannya. Tapi apakah berada di bawah bayang-bayang pencitraan Obama, sang presiden negeri adidaya, merupakan konsekuensi yang sudah diperhitungkan oleh SBY? Atau sebenarnya hal itu memang tidak ada konsekuensinya sama sekali, demi mempertimbangkan kondisi psikologis bangsa Indonesia yang disebut-sebut gampang lupa. Atau, sebenarnya, kesamaan ini tak lepas dari partai kedua presiden yang sama-sama berasal dari Partai Demokrat? Sehingga apapun yang dilakukan si biru di Amerika juga harus dilakukan oleh si biru di Indonesia. Entahlah. Saya hanya bisa menikmati fenomena ini sambil tersenyum sepanjang malam.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya