Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

9 Manifesto Adjie Suradji

6 September 2010   18:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 4543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_251826" align="alignright" width="360" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas/Edna Caroline Pattisina)"][/caption] Kenal Adjie Suradji? Sebelum anggota TNI AU ini mengirim opini ke redaksi KOMPAS, tidak banyak yang mengenal namanya. Dia hanya tentara aktif militer biasa berpangkat kolonel yang bekerja di angkatan udara. Tapi setelah tulisannya ditayangkan KOMPAS di halaman 6, Senin (6/9), kehebohan langsung muncul di mana-mana. Jejak perbincangan masyarakat seputar tulisan berani dan berisi ini bisa dilihat di Twitter, Facebook dan Forum-forum online. Saya pribadi melihat tulisan ini, di luar siapa yang sedang dikritik oleh penulis, sangat berisi dan ditulis dengan bahasa yang runut dan tersusun rapi. Konsep hukum yang dipadu dengan teori manajemen yang disajikan Adjie seakan ingin menyadarkan kepada publik pembaca bahwa mengurus negara bukan hanya perkara politik, tapi juga memerlukan ilmu manajemen yang memadai. Dan penanganan korupsi yang sudah mendarah daging di negeri ini tidak cukup hanya dengan tindakan simbolistik, tapi perlu perjuangan dan pengorbanan dari seorang pemimpin. Ya, pengorbanan. Dan hanya dengan keberanian seorang pemimpin rela berkorban. Setelah selesai membaca tulisan Adjie Suradji berjudul "Pemimpin, Keberanian dan Perubahan", saya membayangkan penulis sebagai orang yang gemar membaca dan menganalisa beragam fakta yang tersaji di depannya. Lalu saya membaca ulang tulisan tersebut, sambil mengambil stabilo untuk menandai beberapa kutipan penting. Dan Anda tahu, hampir semua paragraf di tulisan itu berubah warna hijau stabilo!--karena banyaknya kutipan yang saya anggap bermanfaat dan inspiratif. Saya lalu membaca berita-berita terkait penayangan tulisan sang kolonel. Dan seperti mudah ditebak, langkah Adjie langsung dikecam oleh pejabat militer yang berwenang. Dia dianggap tidak dalam posisi mengkritisi atasannya sendiri, apalagi seorang panglima tinggi. Terlebih di bawah namanya, si penulis jelas-jelas menyantumkan identitasnya sebagai Anggota TNI AU. Ini jelas sebuah pembangkangan! Lalu beredar kabar seputar jatidirinya, etos kerjanya dan masalah yang sedang dia hadapi di oditur militer. Kesimpulannya, tulisan ini bermasalah! Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak masuk ke persoalan internal Adjie, karena secara struktural, hal ini memang bisa saja dianggap melanggar--dan ini berlaku di semua institusi ketika seorang karyawan atau anggota mengkritik atasannya di muka publik (bukan di media internal). Saya lebih fokus mengambil beberapa poin penting dari tulisan tersebut. Dan setelah saya hilangkan poin-poin yang menjurus langsung ke pihak tertentu, saya masih menemukan banyak ilmu dari Adjie. Setelah saya edit seperlunya, berikut rangkuman tulisan sang kolonel, yang saya sebut sebagai "9 Manifesto Adjie Suradji":

  1. Terdapat dua jenis pemimpin cerdas, yaitu pemimpin cerdas saja dan pemimpin cerdas yang bisa membawa perubahan. Untuk menciptakan perubahan, tidak diperlukan pemimpin sangat cerdas sebab kadang kala kecerdasan justru dapat menghambat keberanian.
  2. Kepemimpinan berkarakter risk taker bertentangan dengan ciri-ciri kepemimpinan populis. Pemimpin populis tidak berani mengambil risiko, bekerja menggunakan uang, kekuasaan, dan politik populis atau pencitraan lain.
  3. Presiden dan Perubahan: Soekarno sang Proklamator, Soeharto sang Bapak Pembangunan, Habibie sang Teknokrat, Gus Dur sang Pluralis, Megawati sang Ratu Demokrasi.
  4. Di era reformasi, berdiri banyak lembaga baru untuk memberantas korupsi, seperti KPK, Pengadilan Tipikor dan Satgas Pemberantasan Mafia. Tapi realitasnya, hukum dengan segala perkuatannya hanya mampu membuat berbagai ketentuan hukum, tetapi tak mampu menegakkan.
  5. Yang membedakan seorang pemimpin sejati dengan seorang manajer biasa adalah keberanian. Seorang pemimpin tanpa keberanian bukan pemimpin sejati.
  6. Keberanian muncul dari kepribadian kuat, sementara keraguan datang dari kepribadian yang goyah. Keberanian lebih mempertimbangkan aspek kepentingan keselamatan di luar diri pemimpin-kepentingan rakyat-keraguan lebih mementingkan aspek keselamatan diri pemimpin itu sendiri.
  7. Secara alamiah, individu atau organisasi umumnya akan bersikap konservatif atau tak ingin berubah ketika sedang berada di posisi puncak dan situasi menyenangkan.
  8. Setiap individu, organisasi, dan bangsa yang tumbuh akan selalu ditandai oleh perubahan- perubahan signifikan.
  9. Masyarakat Indonesia berharap kasus BLBI, Lapindo, Bank Century, dan perilaku penyelenggara negara yang suka mencuri, berbohong, dan malas tidak akan menjadi warisan abadi negeri ini.

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun