Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berawal dari Print-out Tulisan Nadia dan Arief (2)

5 April 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelumnya: Menjelang keberangkatan ke Surabaya dalam rangka Kompasiana Nangkring di Gramedia Expo bersama rekan-rekan Kompasianer di Surabaya dan kota-kota Jawa Timur lainnya, istri saya, Entin Soleha, mengusulkan agar saya membantu orang tua Nadia dan Arief (dua kakak-beradik penderita kelainan fungsi hati) membuka rekening bank agar bisa menampung dana bantuan dari para dermawan. Akhirnya niat baik itu dilakukan sendiri oleh Entin sepanjang Kamis (1/4) kemarin. [caption id="attachment_111052" align="aligncenter" width="500" caption="Nurhasanah dan kedua anaknya, Nadia dan Arief, penderita Alagille Syndrome (iskandarjet)"][/caption] Sepulang dari mengajar di TK Kemala Bhayangkari, Entin Soleha langsung meluncur ke rumah Nurhasanah yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. Kalau tidak ada halangan, proses pembuatan tabungan kelar paling lama satu jam. Semangat Entin Soleha membantu Nurhasanah tidak hanya dipicu oleh tulisan saya tentang kedua anaknya, Nadia (10 tahun) dan Arief (4 tahun). Lebih dari itu, Nurhasanah adalah tetangganya yang juga masih memiliki hubungan saudara. Nurhasanah tak lain adalah cucu dari salah seorang encang (bibi) saya yang tinggal di daerah Srengseng, Depok. Karena sebelumnya tidak pernah sekalipun bertemu, kondisi kedua anaknya baru saya ketahui saat bertemu di resepsi pernikahan yang berlangsung di rumah orang tuanya. "Mama udah lama tahu anaknya sakit, Pa. Tapi dulu enggak separah sekarang," komentarnya usai membaca salinan print-out tulisan saya. Buang Air Besar 8 Kali Begitu tiba di rumah Nurhasanah, Entin langsung memaparkan niat membukakan rekening tabungan. Nana, begitu dia biasa dipanggil, tidak serta-merta menerimanya, meski sudah dijelaskan dirinya tidak perlu mengeluarkan uang untuk setoran awal. Dia menuturkan niatnya membuka sendiri rekening di Bank DKI melalui suaminya yang bekerja sebagai pegawai honorer di kantor Walikota Jakarta Utara. Akhirnya istri saya pulang sambil berpesan bahwa keluarga ini perlu punya rekening bank untuk banyak keperluan. Tapi saat dalam perjalanan pulang, Nana menelpon Entin dan melaporkan kabar dari suaminya. "Katanya minta tolong dibikinin aja," kata Entin menirukan ucapan Nana via telepon. Mungkin mereka terkendala dana, pikir Entin. Seketika itu juga, Entin dan Nana berangkat ke Bank Mandiri Kantor Cabang Gedung Antam yang letaknya paling dekat dari rumah. Arief diajak dalam pangkuan, sedangkan kakaknya Nadia dititip ke tetangga. "Saya tidak bisa lama-lama ninggalin Nadia. Tadi saya bilang ke tetangga paling lama satu jam," ungkap Nana. Nadia memang harus selalu didampingi sang bunda. Selain karena sering merasa sakit di kedua kakinya yang sedang dalam proses penyembuhan akibat patah tulang, Nadia kerap buang air besar. "Biasanya dalam sehari dia buang air delapan kali," terangnya, memberi penjelasan. Jarum jam menunjukkan pukul 12:30 ketika mereka tiba di Bank Mandiri. Antrian di costumer service lumayan panjang. Waktu itu customer terakhir yang sedang dilayani adalah nomor 35, sedangkan kartu antrian di tangan bernomor 39. Tapi harapan agar proses siang itu berjalan cepat tetap terpatri. Setelah hampir setengah jam menunggu customer nomor 35 selesai dilayani, petugas bank mengumumkan bahwa jaringan komputer sedang offline atau bermasalah. Akibat gangguan teknis ini, pembukaan rekening dan keperluan lainnya tidak bisa dilakukan. Kalaupun dipaksakan, prosesnya akan memakan waktu lama dan belum tentu berhasil. Hati Entin dan Nurhasanah kembali was-was. Wajah Nadia yang sejak enam bulan lalu tidak bisa jalan terngiang kembali. Murid kelas tiga SD yang terpaksa putus sekolah karena tidak bisa jalan ini tidak pernah ditinggal sendirian untuk jangka waktu lama. Setelah meminta penjelasan ke petugas bank, akhirnya mereka hanya bisa pasrah. Setoran Awal yang Mengharukan Waktu itu Nana mengajak pulang karena takut terlalu lama di bank. Tapi Entin memintanya menunggu sebentar lagi, sambil berharap gangguan tidak berlangsung lama. Dan benar saja, masalah teknis tersebut justru membawa berkah. Begitu tahu jaringan komputer tidak bisa diakses, banyak calon customer di bangku antrian yang pulang mengundurkan diri. Dan saat jaringan komputer kembali normal setengah jam berikutnya, mereka langsung bisa dilayani oleh Lisa Chandra, salah seorang customer service Bank Mandiri. Begitu duduk, Lisa yang melihat kondisi badan Arief yang berwarna hitam dan kelopak matanya yang menguning langsung bertanya, "Anaknya sakit apa, Bu? Nurhasah lalu menjelaskan secara singkat kondisi yang diderita kedua anaknya. Entin Soleha kemudian memberikan print-out tulisan Nadia dan Arief. Usai membaca, pegawai Bank Mandiri itu tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang terpancar di wajahnya. Setelah itu, proses pembuatan rekening bank dimulai. Saat Lisa menanyakan nomor telepon rumah yang bisa dihubungi, Nurhasanah tidak bisa menjawab. Selama ini, dia hanya punya nomor ponsel. Sementara itu, tanpa nomor telepon rumah, demikian penjelasan Lisa, pembukaan rekening bank tidak bisa diproses. Karena paham kondisi ekonomi Nurhasanah, akhirnya pihak bank setuju menggunakan nomor telepon yang terdaftar atas nama Entin Soleha. Tak lama kemudian, sebuah buku tabungan Nurhasanah dengan nomor rekening 1290007391556 selesai dibuat. Tapi setelah itu, masalah baru muncul. Saat mendapat penjelasan seputar pengaktifan rekening dengan setoran awal, Entin tidak menyangka setoran minimalnya bukan Rp 50 ribu seperti diduga sebelumnya. "Program TabunganKu yang setorannya ringan itu sudah berakhir sejak 27 Maret kemarin," jelas Lisa.  Sedangkan setoran normal untuk tabungan baru di Bank Mandiri adalah Rp. 250 ribu. Tanpa banyak bicara, Lisa kemudian berinisiatif menuntaskan proses pembuatan rekening tersebut. "Sebentar ya, Bu. Saya pakai internet banking saja," katanya singkat. Lima belas menit berselang, Lisa pergi ke meja Teller lewat pintu belakang. Kemudian dia kembali ke mejanya dengan buku tabungan yang sudah aktif. "Ini buku tabungannya, Bu. Setoran awalnya dari saya. Saya tidak punya niat apa-apa, hanya ingin memberi sumbangan untuk ibu. Mudah-mudahan setelah ini banyak yang memberi bantuan," ungkap Lisa yang disambut dengan tangisan haru oleh Nurhasanah. Entin dan Lisa pun akhirnya tak sanggup menahan tangis. Nurhasanah akhirnya memiliki tabungan di Bank Mandiri. Dia pun bergegas pulang, mengkhawatirkan kondisi Nadia yang cukup lama ditinggal di rumah. Bagi rekan-rekan yang ingin membantu keluarga Mahmudi-Nurhasanah, bisa melalui transfer bank ke: Rekening Bank Mandiri Cabang Antam No 1290007391556 atas nama Nurhasanah.Mudah-mudahan iringan doa dan sedikit bantuan kita bisa meringankan beban keluarga ini dan menyembuhkan penyakit kedua anaknya, Nadia dan Arief. Untuk konfirmasi dan informasi lainnya bisa lewat email Kompasiana saya di http://kompasiana.com/iskandarjet atau iskandar[at]kompas[dot]com. Sebelumnya:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun