Sebagai blogger, atau bahasa gampangnya penulis, teman-teman pasti sering menemukan kejutan-kejutan acapkali kopi darat langsung dengan sesama blogger di sebuah kegiatan. Terkejut saat menyapa orang yang sudah lama kita kenal tapi baru pertama kali bertemu muka. Terkejut saat disapa orang yang sudah lama mengenal kita tapi baru pertama kali bertemu muka.
Baru ketemu kok udah kenal?
Yah, itulah salah satu keajaiban yang tercipta dari media sosial. Orang bisa dengan mudah berteman dengan orang lain tanpa harus bertemu di satu tempat pada satu waktu tertentu. Cukup buka laptop, klik tombol "Jadikan Teman", maka terhubunglah kita dengan dia. Selama yang kamu suka.
Sebagian orang menyebutnya pertemanan semu. Tapi tidak sedikit yang menganggap itu sebagai pertemanan sejati. Bahkan dia bisa berhubungan lebih intim dengan teman mayanya dibandingkan dengan teman-temannya di sekolah atau dengan saudaranya di rumah. Satu sama lain bisa terikat secara emosional lewat obrolan di status atau sapaan-sapaan dan candaan yang dilontarkan secara lebih personal di kotak pesan atau kotak surat (baca: email).
Selain ikatan emosional, media sosial juga dapat menghubungkan para penggunanya secara rasional. Dalam arti memahami karakternya, pola pikirnya, hobinya, gaya bertuturnya, pemikirannya, pokoknya lebih dari sekedar perasaan dan emosi sosial.
Dan itu semua tentu tidak dapat digali hanya lewat kicauan-kicauan atau celotehan singkat. Dibutuhkan karya orisinil yang secara konsisten disajikan lewat media sosial, baik dalam bentuk teks (artikel), rangkaian foto maupun video. Lewat ruang berkreasi bernama blog alias web log, yang kontennya sangat beragam, dari sesederhana catatan ringan atau refleksi kehidupan yang baru dialami, sampai sekompleks paparan mendalam atas sebuah fenomena lesbi di kalangan buruh perempuan di Subang.
Bertemu dengan penulis yang kita kagumi lewat karya-karya boleh jadi sama dengan sensasi bertemu dengan idola lainnya. Apalagi pada saat yang sama, kamu juga jadi incaran orang-orang sudah lama mengagumi artikel-artikel yang kamu tayangkan di blog. Sensasinya dari berlipat ganda!
Penulis buku atau novelis yang kamu puja-puja lewat karya bukunya yang sudah difilmkan tidak bisa merasakan keterkejutan yang kamu rasakan di atas. Saat bertemu muka, si penulis yang sudah menjadi tokoh itu akan duduk di atas panggung, menghadapi para penggemarnya. Acara 'meet and great' seperti ini biasanya akan diawali dengan presentasi dari sang tokoh dan diakhiri dengan antrian tandatangan buku atau sejenisnya.
Tapi kalau para blogger sudah bertemu muka, satu sama lain akan membaur di satu ruangan. Mereka saling memuji dan menghormati satu sama lain. Saling mengisi dan bercerita banyak hal, yang tidak bisa dituangkan lewat ketikan kata-kata di depan komputer.
Itulah sebabnya saya selalu mengajak teman-teman untuk menulis dan memaksakan diri sendiri untuk terus menulis. Meskipun saya bertugas sebagai pengelola Kompasiana, tapi saya lebih senang dikenal sebagai seorang penulis. Dan lewat tulisan-tulisan yang saya tayangkan di Kompasiana, saya diundang jadi pembicara, diajak jalan-jalan ke Hong Kong oleh HKTB, dan diminta menjadi juri di sekian banyak hajatan lomba blog.
Karena di dunia yang datar ini, orang-orang mengenal kita bukan karena jabatan atau pekerjaan, tapi karena tulisan yang kita tayangkan. Maka jangan iri kalau pejabat yang menulis menjadi lebih terkenal dibandingkan pejabat yang lain. Jangan heran kalau guru yang menulis bisa lebih terkenal dibandingkan guru yang lain. Atau bahkan jangan ragu untuk percaya bahwa seorang mantan napi yang  menulis bisa lebih terkenal dibandingkan mantan napi yang lain.