Kalau ada pengamat terorisme, sekaligus mantan teroris adalah Nashir Abbas, yang terkadang tidak banyak berarti buat Islam, karena terkadang miring dan condong standar ganda dalam refleksi pemikirannya. Beda tentunya dengan Bapak Anwar Abbas, seorang Ketua koordinator Majelis ekonomi Muhammadiyah, juga Sekjen MUI yang masih terlalu dinamis dan aktuliatas ide idenya, terutama yang saya pahami dari doktoralnya sebagai seorang ekonom, sangat monomental kekinian, mencari ide ide baru dengan merajut banyak refrensi Islam yang ada di berbagai media baca termasuk karya tulis kelompok atau perorangan.
Usai sebagai khotib dan Imam di Masjid AlMuslimun Utan Kayu, sambil efensensi waktu, saya meluncur menuju Gedung dakwah Muhammadiyah di Menteng Raya, sesuai dengan janji via telpon dengan beliau pertemuan familiar akan berlangsung usai sholat Jumaat.
Dengan penuh harap pada Allah dan percaya diri saya baru saja sampai di halaman Gedung dakwah PP. Muhammadiyah, dan seperti biasanya saya parkir kendaraan di depan Mesjid yang berdiri dibelakang Gedung Dakwah Muhammadiyah.
Di beranda Masjid saya mengenal sahabat gaul saya, si Ayub yang dalam bahasa gaul Buya Risman: “ Buya terbalik, jadinya Ayub”. Saya bertanya padanya: “ Mas Ayub dimana kantor Bapak Anwar Abbas ?’. “ Wah kayaknya ustad ada penting banget bicara dengan orang besar di Muhammadiyah, itu ustad di lantai tiga”. Beliau sambil menebarkan senyumnya yang menawan. “terimakasih mas Ayub”, dengan hati berbunga saya menjawab.
Melanjutkan langkahku menuju kantor sesuai petunjuk Mas Ayub, juga untuk lebih meyakinkan saya bertanya pada bagian Informasi di Pintu masuk keloby. Baru saja saya menaiki tangga lantai tiga, saya bertemu orang yang bersusia lanjut tapi tegar semangat jalannya, sempat melempar senyum, namun kemudian hati saya menerka:” mungkin beliau Bapak Anwar Abbas”. Menguji naluriku, saya mengejar beliau sambil mengucapkan salam :” Assalamu’alaikum bapak, Bapak Anwar Abbas ?”
Dengan nada lentur dan lembut mencoba menyambut jawabnya: “ Ya benar saya Anwar “. Beliau mengisaratkan saya masuk ruangan rapat yang terpajang ketiga belas Nama pendekar Muhammadiyah, dan mempersilahkan saya duduk di ruangan kursi paling tengah.
Sambil menatap sayu wajah beliau yang cerah meskipun ditelan usia, tetap tampak aura kasihnya kepada umat. Beliau kemudian memulai pembicaran, dengan melemparkan pertanyaan :
“Bagaimana kabarnya ?.” Tanya Bapak Anwar Abbas
Saya “ Alhamdulillah bapak, saya sehat”
Bapak Anwar : “ Bagaimana ceritanya “
Saya : “ Tentu Bapak sudah tahu saya dari Bapak Dien”
Bapak Anwar : “ Memang beliau jam 2 pagi kirim WA kesaya mengenai bapak, tetapi saya tidak persis siapa bapak, coba ceritakan yang sebenarnya”
Saya :” Ya Pak saya dulu seorang dai PP. Sejak jaman Ustad Anhar dan juga dai MUI tahun 1988, sebagai da’i transmigrasi di Al-Mahera Utara – Maluku Utara, baru tahun 1990 saya bergabung ke LDK hingga 2007”.
Bapak Anwar :” Dulu alumni mana ?”
Saya :” saya hanya lulusan MA attaufiqiyah pedesaan pak, kemudian melanjutkan dengan melancong ke Malaysia, menimba ilmu di Institute of Bussiness Studi Malaysia, bidang English Arabic “
Bapak Anwar : “Lah kok Institute Bussiness, tetapi kok bahasa, mestinya kan bisnis”?.
Saya :” Entah mungkin maksudnya bisnis bahasa Bapak”.