Menarik menyimak tulisan Pebrianov sekitar vediotron Porno Pasar Minggu, lucunya tu disini, mana mungkin layar lebar Vediotron bisa salah putar, apalagi menurut pengakuan Ahok, Vediotron itu dikendalikan secara Manual, adalah terlalu mungkin itu lawak modus politik yang paling murah untuk di tonton. Pasalnya Vediotron itu sudah berlangsung lama, Â dan tidak pernah terjadi sesuatu yang aneh, apalagi hingga menayangkan berita iklan yang pornoisme yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun memang kocak, karena itu tontonan politik pencitraan paling gratis dan murah biayanya. sudah pasti tidak bisa dilepaskan dari rekayasa menarik simpati seorang Ahok ?.Â
Bagaimana mungkin Vediotron itu bisa secara bebas menayangkan film porno, seolah tanpa petugas sensor, apa mungkin kemudiaan bisa tertayangkan dengan sendirinya dengan alasana Sabotase, itu juga tidaklah mungkin, lalu siapa yang melakukan Sabotase, apa tidak terlalu bodoh melakukan sabotase murahan semacam itu ?. tentu bukan tanpa target pelakunya, sangat kuat motifnya sangat politis sekali, memberikan kesan kalau itu kampanye pencitraan seorang Ahok saja kalee. Buat meraih dukungan baru masyarakat Jakarta ?.Â
Berbagai kiat bisa dilakukan seorang politisi, meskipun tidaklah pada sebenarnya, paling tidak seolah sebagai bentuk keperdulian sang politisi dalam rangka menaikkan ratingnya dirinya di tengah publik Jakarta. sehingga muncul kesan kalau Ahok sebenarnya baik hatinya, padahal yang menonjol Ahok tidak punya etika kebangsaan, lebih pada konsep dan sikap rasisme, dengan menonjolkan jurus mabuk dalam menyelesaikan masyarakat Jakarta. Seperti Vediotron itu adalah bagian dari sebuah rekayasa politik setelah nyata nama Ahok dipandang sangat populer dengan tindakan  tidak manusiawinya.Â
Vediotron itu tidak lepas dari sebuah permainan politik dengan muatan pencitraan belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H