Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bambang Gunawan Atau Moeldoko Sebagai Ketua KPK?

10 Mei 2015   16:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14312486741290511452

[caption id="attachment_365227" align="aligncenter" width="597" caption="Pilih Salah satu"][/caption]

Pernyataan Panglima Jenderal Moeldoko siap mencari kader terbaiknya buat KPK, sempat kotroversial dikalangan pemain politik. Pandangan yang paling anti, datang dari kelompok pembela kepentingan publik menurut parameter mereka. Masalahnya dua alasan, pertama mereka takut, kalau KPK ditangan militer bisa kembali kejaman orde baru, bertindak kasar dan melawan hukum, anti demokrasi. Kedua , karena pendekatan militer dalam menangkap korupsi tidak akan mengenal kata ampun.

Alasan paranoid yang pertama ini datang dari kalangan politisi dan pengamat politik, membuat ulasan ulasan dan pernyataan pernyataan sumbang dengan menampilkan gambaran militer jaman pak Harto, tentu sebuah pola pikir yang tidak benar dan hanya prasangka buruk. Alasannya adalah SBY, berlatar belakang militer, tetapi konsep sipilnya lebih dari seorang sipil. Kalau dibandingkan dengan Jokowi, sebenarnya lebih sipil SBY dalam pemerintahannya. Tidak ada kesan seorang SBY mempertahankan jabatan Presiden sebagaimana Sukarnoa yang mendeklarasikan Presiden seumur hidup. Bayangkan sipilnya Bung Karno tak sehebat sipilnya SBY yang besar secara militeristik, masih bisa mengabdi penuh untuk kepentingan bangsa, termasuk suksesnya Pemilu 2014, yang mengantar Jokowi jadi presiden.

Dibandingkan dengan Megawati salama jadi Presiden, upaya untuk mengganjal SBY jadi presiden muncul dari Istana Megawati waktu itu. Termasuk lontaran Taufiq Kemas [almarhum] istri Megawati terhadap SBY , cukup merendahkan SBY dalam pernyataan politiknya sebagai ajang membendung SBY kekursi Presiden selama kampanye, termasuk kalangan politik ikut ikutan menjustic kemiliteran SBY bisa menjadi presiden buruk bagi negara [ ternyata tidak terbukti]. Dan yang menarik dendam itu tak pernah muncul dari seorang SBY, juga merasa tak ada alasan untuk tidak mendukung Jokowi ketika terpilih sebagai Presiden. Ini bukti Militer yang diragukan banyak pengamat ternyata tidak terjadi. Nah saat sekarang ketika Militer menyiapkan diri sebagai tim KPK, sipil lagi yang sok therapi terhadap kehidupan berbangsa, sebagaimana yang dilontarkan pengamat politik di Metro TV yang menyangsikan sikap militer yang mau menerjunkan anggotanya di KPK, sebenarnya hanya paranoid kalangan sipil  belaka.

Toh dijaman SBY, KPK termasuk binatang langka  yang dilindungi SBY dari kepunahan, karena manusia KPK, pada umumnya adalah Panda yang sulit membiak. Meskipun serdadu kekuatan Partai SBY yang lebih banyak menjadi sorotan lensa KPK, SBY tetap saja memberi perlindungan kepada KPK, aman dari polisi sebagaimana terjadi di Jaman JOKOWI sebagai Presiden, justru turut membiarkan KPK menjadi obyek tuduhan dari berbagai Pihak, dan anehnya semua tuduhan KPK tidak ada yang berkaitan kalau KPK adalah Koruptor, tetapi kasus yang tidak lepas dari skenario, yang mengantar KPK tidak memiliki gigi taring seperti dulu, yang terkenal galak dan menakutkan para petualang koruptor.

Itulah sebabnya pentingnya militer di KPK, karena ketika benturan dengan kekuasaan penegak Hukum kepolisian, KPK tersandung masalah besar, bahkan dikikis habis keakar akarnya, hingga Presidenpun ketakutan mententramkan kepolisian, bahkan dengan senang hati presiden melepaskan Abraham samad Dan bambang Wijayanto, seolah memberikan restu pada kepolisian untuk membungkam keduanya, termasuk penyidiknya.

Berani taruhan, kalau KPK dipimpin militer itu akan benar benar menjadi “Harimau Jantan” yang dapat menguraki populasi koruptor dari kalangan aparat manapun termasuk kepolisian, karena selama masih sipil yang menjadi ketua KPK, itu mudah dibantai dengan berbagai alasan yang dibuat buat oleh kelompok lain. Maka kalau harus tampil sebagai ketua KPK dari Kalangan Militer perlu sosok Moeldoko, Insya Allah jauh lebih baik dibandingkan dengan Bambang Gunawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun