Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Eksodus Warga Muhammadiyah Ke Salafy, Ada Apa dengan Muhammadiyah ?

18 Agustus 2015   13:24 Diperbarui: 18 Agustus 2015   13:28 23255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Trensains Muhammadiyah Merupakan langkah Menuju Islam kaffah, Berkemajuan Dan Rahmatan Lil'Alamin"][/caption]

Kemajuan pendidikan di Muhammadiyah tidak di ragukan lagi, telah mencapai puncaknya, bersaing ketat dengan sekolah sekolah umum dan perguruan tinggi yang terus berkembang di Indonesia. Jelasnya soal pendidikan di Muhammadiyah tidak perlu di tanya, bahkan bisa menjadi teladan setiap ormas Islam yang ada di Indonesia. Bisa dilihat dari amal usaha yang ada di Muhammadiyah di Bidang pendidikan diantaranya :

TK/TPQ, jumlah TK/TPQ Muhammadiyah adalah sebanyak 4623.
SD/MI, jumlah data SD/MI Muhammadiyah adalah sebanyak 2604.
SMP/MTs, jumlah SMP/MTs Muhammadiyah adalah sebanyak 1772.
SMA/SMK/MA, jumlah SMA/MA/SMK Muhammadiyah adalah sebanyak 1143.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah, jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah sebanyak 172.

Itu di bidang pendidikan saja, cukup mengesankan kalau "Muhammadiyah" sangat perduli pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga kepedulian pada dunia pendidikan menjadi langkah utama Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa. Apalagi kalau dikaitkan dengan tahap atau abad kedua dakwah Muhammadiyah yang menempuh "Pencerahan dan Berkemajuan" dalam segala bidang, adalah merupakan dakwah abad 100 tahun kedepan. terlebih dengan lahirnya Trensains Muhammadiyah, yang menggabungkan kemampuan dalam bidang agama dan sains, merupakan langkah mulya dan luar biasa yang dilakukan Muhammadiyah. 

Tetapi langkah mulya Muhamadiyah ini tentu perlu sosok sosok yang mulya pula yang berkwalitas agama dalam segala bidang, disamping mampu berdampak moralitas agama pada tiap warga Muhammadiyah untuk tetap beranggapan "Muhammadiyah" itu adalah "bahtera" yang tepat menuju Distinasi kebahagian dunia dan akhirat. Bukan sebagaimana yang menimpa "Muhammadiyah" , eksodus warga Muhammadiyah yang merasa tidak puas dengan "Muhammadiyah", terutama karena mereka merasa haus pengetahuan agama secara detail, merasa tidak didapatkan di Muhammadiyah, merasa kehampaan mempelajari agama di Muhammadiyah dan merasa kekosongan dalam menjalan syariat Islam [Muhammadiyah], telah membuahkan prilaku eksodus dari banyak warga, meninggalkan Muhammadiyah mengikuti trensains salafisme yang mengutamakan aktualisan Aqidah dan Ibadah. Perkembangan pemikiran warga Muhammadiyah yang terpasung pada kebutuhan mencari ilmu agama yang lebih lengkap, telah menuntun mereka keluar dari Muhammadiyah, mencari pandangan baru. 

Tidak bisa dipandang 'remeh" masalah ini. meskipun keluar dari Muhammadiyah itu adalah hak asasi dan pandangan atau pilihan mereka. Karena jelas telah terjadi distorsi disisi lain seiring majunya pendidikan di Muhammadiyah. Telah terjadi kesenjangan dakwah dan pendidikan agama, yang kurang memadai dimata mereka. Menjadi penyebab utama banyaknya "warga Muhammadiyah" eksodus ke salafisme. Tidak bisa di nafikan yang terjadi dalam tubuh "muhammadiyah" adalah sebuah komparasi kalangan warga dalam bidang agama, sehingga memilih jalan mencari pengetahuan agama diluar Muhammadiyah dengan melepaskan Muhammadiyah. jelas sebuah persoalan besar yang tentu saja sangat dibutuhkan solusinya. Kalau tujuannya "Muhammadiyah" adalah mencerdaskan bangsa, maka juga diperlukan langkah langkah kongkret dalam dunia pendidikan kita. 

Munculnya trensains di "Muhammadiyah yang telah digagas dan terlaksana di Muhammadiyah merupakan langkah fenomena dari sebuah kesadaran yang tentu saja dapat diorbitkan menjadi tolak ukur utama mengembangkan ilmu ilmu agama. namun juga tidak melepaskan semua sekolah sekolah Muhammadiyah dari pendidikan plus keagamaan dengan perangkatnya, dimulai dari SD hingga perguruan tinggi perlu di lahirkan bidang bidang khusus kegamaan yan g standar Al Azhar Mesir atau Perguruan tinggi Islam di seluruh dunia Islam. Ini guna menjawab tantangan yang terjadi di Muhammadiyah. Kecerdasan mengikis habis kebodohan di Muhammadiyah itu harus dilakukan dalam semua bidang, dan menciptakan pendidikan unggulan yang berskala Islam. Misalnya dibidang "Aqidah, meliputi ilmu ilmu Ushuluddin yang berpangkal pada teologi teologi Islam dan pemikiran lainnya. Juga dalam pengembangan ilmu tafsir yang searah dengan trensains Muhammadiyah dapat menjadi pendidikan unggulan yang disamaratakan dalam perguruan Tinggi Muhammadiyah, dari semua UM [ Universitas Muhaammadiyah] yang ada dinegara ini. 

Para pakar Islam Muhammadiyah seharusnya berpikir menanggulangi krisisi agama yang mungkin saja terjadi di Muhammadiyah, terlebih kalau dilihat dari kacamata pengetahuan agama dari kalangan warganya. Misalnya bagaimana bagaimana mungkin UM yang begitu banyak di Indonesia tidak mampu menciptakan ulama Muhammadiyah yang tangguh dan hafal Quran, barangkali itu kekurangannya. Padahal sangat perlu langkah utama pendidikan bidang keagamaan yang memadai dengan segala perangkatnya, misalnya "bidang bahasa arab" yang merupakan langkah memahami agama secara menyeluruh, sehingga "muhammadiyah" tidak dipandang hina oleh kelompok lain. 

Padahal diluar pintu "muhammadiyah yang menjadi kebanggaan warganya yang setia" banyak kelompok lain, bahwa alumni alumni Muhammadiyah diseluruh Indonesia tidak banyak mengenal agama Islam. Ini tentunya perlu menjadi cambuk utama menata pendidikan Muhammadiyah lebih Islam lagi, sesuai dengan langkah Mukaddimah Muhammadiyah yang berusaha menciptakan "Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur" sebuah negara yang berkemajuan dan diridhoi Tuhan. 

Disisi lain perlu juga menembangkan pesantren pesantren Muhammadiyah yang bergerak dibidang pendidikan Islam secara khusus dengan style moderen, tanpa melupakan traidisi pemahaman masa lalu yang masuk Up Date hingga sekarang. Misalnya perlunya Tahfidz Quran, tahfidz hadits dan berbagai disiplin ilmu Islam yang kwalitas sebagai banyak dilakukan pendahulu pendahulu Islam. Artinya kembali menggugah 'menuju kejayaan Islam yang mecerahkan dan berkemajuan atau menjadi rahmatan Lil alamin. Hanya dengan cara seperti tersebut, "Muhammadiyah" bisa mengembalikan warga Muhammadiyah yang eksodus, paling tidak terjadi lagi keinginan warga Muhammadiyah pindah haluan berpikir, dan berfiqih atau bermuamalah. Karena "Muhammadiyah bukan sekedar Orma". begitu Bapak ketua Muhammadiyah yang baru Bapak Haedar Nashir dalam "Bingkai" SM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun