Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memaknai Ucapan Cak Imin Soal Habib dan Gus Dadakan

3 Desember 2018   11:48 Diperbarui: 3 Desember 2018   14:07 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang tengah sebuah hotel di Bogor/Dokpri

PERNYATAAN Ketua Umum (Ketum)  Dewan Pengurus Pusat (DPP)  Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin soal banyak ulama,  habib dan gus dadakan yang muncul saat Pemilihan Legislatif (Pileg)  Presiden (Pilpres)  2019 patut menjadi bahan kajian sekaligus perenungan.  

Semangat umat Islam untuk kembali mempelajari,  mengkaji,  mengamalkan ajaran Al Qur'an dan hadist tidak boleh dibelokkan untuk kepentingan sesaat.

Justru giroh tersebut harus terus dijaga dengan sebaik-baiknya. Menyelaraskan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.  

Dalam Al Qur'an tertulis tipe masyarakat yang dikehendaki,  yakni Al Mujtama'ul Ath Thaahir bi Aqidatihi (masyarakat yang bersih dan suci dalan aqidahnya). Artinya, tujuan umat Islam hanya bersandar kepada Allah dari prilaku buruk, terutama syirik.  

Menurut Habib Lutfy Bin Yahya dalam bukunya Mengenal Tarekat Allah, ulama, habib dan gus menunjukan kemapanan spiritualitas. Yang artinya orang-orang soleh. Hanya saja orang yang dikategorikan orang soleh tidak hanya bisa dilihat dari satu sisi,  misal karena ibadahnya. Kata soleh yang menyertai harus menyeluruh.  Soleh hatinya,  soleh mulutnya, soleh telinganya,  soleh matanya dan soleh juga prilakunya.

Andai kata terjadi hujatan terhadap orang-orang soleh, harus ada alasan mendasar sesuai syariah. Tapi menunjukan aib itu tetap tidak dibenarkan dalam Islam.  

Mengenai sadah (keturunan)  Baginda Rasulullah SAW,  tulis Habib Lutfy,  satu-satunya keturunan Rasulullah SAW adalah perempuan, keturunan Sayyidatina Fatimah az-Zahra. Rasulullah bersabda, "Allah SWT telah menjadikan keturunan para nabi (generasi setelah sahabat)  dari putranya. Sedangkan Allah SWT menjadikan keturuanku dari Fatimah. "

Status Sayidatina Fatimah ini kedudukannya dianggap oleh Allah SWT sebagai sempalan daging dari Baginda Rasullaah SAW. Sehingga sama kedudukannya dengan kaum lelaki.  

Beberapa kelebihan pada diri Fatimah antara lain,  beliau adalah seorang wanita yang tidak pernah mengalami haid. Tidak juga mengalami kedi (jenis lain haid yang keluar melalui keringat dan baunya amis)  biasanya tidak bisamelahirkan.  Hal itulah yang memperlihatkan betapa pembibitan seorang Fatimah cukup kuat seperti pembuahan seorang laki-laki.  

Jadi tidak semua garis keturunan Rasulullah sama dengan Fatimah.  Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa habib itu cucu nabi dengan dasar tidak batal wudhu (masih dalam garis keturunan).

Meski juga diketahui,  setiap cucu tidak selalu menjadi pelanjut keturunan. Karena pelanjut keturunan selalu disahkan dari kaum lelaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun