PERNYATAAN Ketua Umum (Ketum) Â Dewan Pengurus Pusat (DPP) Â Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin soal banyak ulama, Â habib dan gus dadakan yang muncul saat Pemilihan Legislatif (Pileg) Â Presiden (Pilpres) Â 2019 patut menjadi bahan kajian sekaligus perenungan. Â
Semangat umat Islam untuk kembali mempelajari, Â mengkaji, Â mengamalkan ajaran Al Qur'an dan hadist tidak boleh dibelokkan untuk kepentingan sesaat.
Justru giroh tersebut harus terus dijaga dengan sebaik-baiknya. Menyelaraskan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta. Â
Dalam Al Qur'an tertulis tipe masyarakat yang dikehendaki, Â yakni Al Mujtama'ul Ath Thaahir bi Aqidatihi (masyarakat yang bersih dan suci dalan aqidahnya). Artinya, tujuan umat Islam hanya bersandar kepada Allah dari prilaku buruk, terutama syirik. Â
Menurut Habib Lutfy Bin Yahya dalam bukunya Mengenal Tarekat Allah, ulama, habib dan gus menunjukan kemapanan spiritualitas. Yang artinya orang-orang soleh. Hanya saja orang yang dikategorikan orang soleh tidak hanya bisa dilihat dari satu sisi, Â misal karena ibadahnya. Kata soleh yang menyertai harus menyeluruh. Â Soleh hatinya, Â soleh mulutnya, soleh telinganya, Â soleh matanya dan soleh juga prilakunya.
Andai kata terjadi hujatan terhadap orang-orang soleh, harus ada alasan mendasar sesuai syariah. Tapi menunjukan aib itu tetap tidak dibenarkan dalam Islam. Â
Mengenai sadah (keturunan) Â Baginda Rasulullah SAW, Â tulis Habib Lutfy, Â satu-satunya keturunan Rasulullah SAW adalah perempuan, keturunan Sayyidatina Fatimah az-Zahra. Rasulullah bersabda, "Allah SWT telah menjadikan keturunan para nabi (generasi setelah sahabat) Â dari putranya. Sedangkan Allah SWT menjadikan keturuanku dari Fatimah. "
Status Sayidatina Fatimah ini kedudukannya dianggap oleh Allah SWT sebagai sempalan daging dari Baginda Rasullaah SAW. Sehingga sama kedudukannya dengan kaum lelaki. Â
Beberapa kelebihan pada diri Fatimah antara lain, Â beliau adalah seorang wanita yang tidak pernah mengalami haid. Tidak juga mengalami kedi (jenis lain haid yang keluar melalui keringat dan baunya amis) Â biasanya tidak bisamelahirkan. Â Hal itulah yang memperlihatkan betapa pembibitan seorang Fatimah cukup kuat seperti pembuahan seorang laki-laki. Â
Jadi tidak semua garis keturunan Rasulullah sama dengan Fatimah. Â Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa habib itu cucu nabi dengan dasar tidak batal wudhu (masih dalam garis keturunan).
Meski juga diketahui, Â setiap cucu tidak selalu menjadi pelanjut keturunan. Karena pelanjut keturunan selalu disahkan dari kaum lelaki.