Mas, Mbak, Bapak dan Ibu tanya dikit boleh ?
Terlepas dari adanya segala intrik seputar peristiwa G30S PKI, secara fakta tidak dapat dipungkiri bahwa putra-putra terbaik bangsa telah gugur oleh kekejaman peristiwa G30S PKI tahun 1965.
Dan saya sangat setuju bahwa PKI tidak boleh bangkit dan timbul kembali di bumi pertiwi tanah air Indonesia tercinta ini, mengingat kita, generasi yang lahir sebelum era 80/90 an turut merasakan bagaimana para orangtua kita berjibaku meninggalkan keluarganya dalam waktu lama, untuk berjuang membasmi PKI, terlebih mengingat banyak rekan seangkatan mereka yang gugur dalam melaksanakan tugas mulia tersebut, meninggalkan duka nestapa berkepanjangan bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Baca juga: Henk Ngantung: Gubernur DKI, Cina, PKI, dan Tugu Selamat Datang
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan saya, apakah paham komunisme saat ini masih relevan? Bukankah generasi milenial saat ini justru sangat kapitalis, bahkan RRC pun sebagai negara sosialis terbesar dunia, dalam sepak terjangnya terlihat sangat kapitalis.
Disamping itu saya merasa, paham komunis sudah sangat usang dan sangat tidak laku, di era konsumerisme serta euforia kepemilikan atau kejayaan pribadi saat ini.
Maka yang menjadi  pemikiran saya :
- Apakah isu kebangkitan PKI saat ini, hanyalah bentuk pengejawantahan atas terdesaknya kaum radikal ?
- Apakah isu kebangkitan PKI saat ini, hanyalah wujud protes atas semakin kuatnya bargaining power  ekonomi RRC yang secara langsung berdampak pada penguasaan sektor-sektor ekonomi di Indonesia ?
- Apakah isu kebangkitan PKI saat ini, hanyalah wujud perlawanan dan kecemburuan kepada sebuah instansi, yang pada era saat ini menjadi anak emas pemerintah, sama halnya seperti saat sebuah instansi lainnya menjadi anak emas di era Orde Baru. Dalam artikata isu kebangkitan PKI hanyalah sebuah sarana persaingan supremasi antar instansi.
- Apakah isu kebangkitan PKI saat ini, hanyalah wujud penghimpunan simpatisan, yang didengungkan oleh orang-orang yang terpinggirkan oleh kekuasaan ?
Baca juga: Hario Kecik, Jenderal yang "Hilang" di Masa Pemberontakan G30S PKI
Selain itu perlu digaris-bawahi hal-hal sebagai berikut :
- Orang-orang yang terlahir sebelum era 80/90 an secara pasti tidak ada yang menolak fakta tragedi berdarah peristiwa G30S PKI, hanya saja ada sebagian orang yang meragukan tujuan ataupun aktor utama dibalik peristiwa tersebut. Jadi sekali lagi, kritikal pointnya, bukan bermaksud meniadakan peristiwa tersebut, atau bukan menganggap peristiwa itu fiktif.
- Orang-orang yang terlahir setelah era 80 an, tidak merasakan pahitnya hidup pasca peristiwa berdarah tersebut, mereka adalah generasi yang tumbuh di era pembangunan nasional serta tumbuh di era kebebasan beraktivitas dalam kerangka kebebasan berdemokrasi. Dalam konteks sejarah peristiwa G30S PKI, kemungkinan besar mereka sekadar tahu tetapi tidak terlalu peduli atas peristiwa tersebut, dimana bagi mereka, peristiwa tersebut hanyalah sebuah satu periode sejarah masa lalu, yang hanya perlu diketahui tanpa perlu menjadi beban hidup masa depan.
- Ketidakpedulian atau kekurang-tahuan orang-orang yang terlahir setelah era 90 an inilah, yang kemungkinan besar menjadi obyek, untuk digiring pemahamannya serta dirangkul simpatinya, oleh berbagai kepentingan tersebut diawal tulisan ini. Sehingga para pihak yang berkepentingan dapat menarik keuntungan apabila terjadi kegaduhan dan kerusuhan.
Baca juga: Isu PKI Kematian Ustad, Komunisme Thailand-Indonesia, antara Hukuman dan Pengampunan
Selanjutnya, mohon perlu dipertimbangkan 4 kepentingan lainnya berikut ini :
- Kepentingan RRC mendominasi supremasi dunia dengan menguasai ekonomi dan atau wilayah RI.
- Kepentingan masa depan Timur Tengah yang tengah mengantisipasi menipisnya Sumber Daya Alam Migas mereka.
- Kepentingan Barat dalam rangka mempertahankan supremasi mereka selama ini.
- Kepentingan pihak atau golongan tertentu yang ingin menarik keuntungan sebesar-besarnya atas disintegrasi NKRI.