Sebagai muslim yang lama tinggal di negara mayoriats non muslim, saya merasa malu dengan perilaku umat islam Indonesia yang gemar menggunakan isu agama dan ras sebagai justifikasi politik. Sebagai pihak yang sering mengaku ditindas dan menjadi korban diskriminasi, umat islam harusnya malu sendiri ketika menggunakan isu kafir dan cina untuk menyerang Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta ini.
Sewaktu tinggal di U.S., saya gemar menunjukkan kasus-kasus dimana umat Islam sering delecehkan, dicurigai, dilarang beribadah dan lain sebagainya. Saya rajin mengggali sejarah dan mengumpulan contoh kasus dimana orang Amerika sangat rasis dan diskriminatif, apalagi jika korbannya kebetulan beragama islam.
Sebelum berangkat ke U.S. pun, Sebagai ikhwan didikan Rohis kampus dan kader partai sejahtera, saya sudah punya stigma bahwa saya akan didiskriminasi karena ras dan agama saya. Oleh karena itu, ketika tinggal di sana saya sering memandang masalah-masalah yang menimpa saya  dengan bingkai diskriminasi. Apapun perlakukan buruk yang saya terima, misalnya perlakuan tidak adil di kelas, ditolak oleh sopir taksi, susah mencari teman orang lokal, tidak dibolehkan oleh dosen ketika ingin izin untuk sholat dan sebagainya, semua saya anggap bentuk diskriminasi yang saya terima karena saya bukan kulit putih dan saya muslim.
Kembali ke Jakarta saya dihadapkan pada teman-teman sesama muslim dan pribumi yang berteriak keras-keras di depan publik dan media, "Orang ini kafir! Orang itu Cina!".
Lalu apa yang membuat umat Islam lebih baik dari bangsa kafir di negara-negara barat yang sering kita tuduh diskriminatif terhadap muslim? Apa hak kita mengkritik Donald Trump yang mendiskriminasi muslim di Amerika jika kita sendiri mempraktekan diskriminasi yang sama terhadap non-muslim di negara kita sendiri? Apa kapasitas kita memprotes perlakuan tidak adil kepada caleg-caleg muslim di Inggris dan Eropa jika kita sendiri melakukannya di negara kita?
Tak lain dan tak lebih, kita adalah umat yang munafik.
Mengapa kita berani memprotes negara barat tidak adil terhadap umat islam? Bukankah itu hanya masalah kesempatan saja? Ketika kita yang mayoritas, kita juga jauh lebih diskriminatif. Kita dengan santai berkampanye untuk menolak seorang calon gubernur, simply karena Ia kafir dan Cina. Kapabilitas beliau, niat baik, track record yang baik, bukti kerja yang nyata, semua kita abaikan. Kita ajak orang-orang awam untuk membenci dia, simply karena beliau bukan muslim dan matanya sipit.
Sungguh politik umat di negara ini  masih "rendah" dan tidak intelek. Tidak bisakah umat islam lebih baik dari itu ? Tidak adakah cara lain melawan Ahok selain menyerang hal-hal yang sifatnya personal dan tidak relevan dengan praktek politik semisal agama dan ras? Atau memang karena sama sekali tidak ada alasan lain?
#malu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H