Mohon tunggu...
Iskandar Harun
Iskandar Harun Mohon Tunggu... Pensiunan -

Lahir 1935 .TKI dinegara jiran dari 1971-1998, berkesempatan tugas dimanca negara. Menulis diblog ini sebagai pengganti bercerita dengan anak cucu yang mungkin membosankan mereka. Email; isk_harun@hotmail.co.id , isk_harun@icloud.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Naik Pesawat Murah Meriah ke Australia

25 Mei 2014   20:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasanya nya saya ke Australia naik pesawat airline yang standard dan dulu waktu perjalanan kemana-2 masih ABIDIN , bahkan naik business kelas. Sekarang sudah pensiun mulai cari apapun serba murah walau mengorbankan sedikit kenikmatan. Tergoda salah salah seorang teman yang bisa pesan tiket airline murah meriah seharga 750 ribu rupiah pulang pergi ( pesan 3-4 bulan sebelumnya) maka saya juga mencoba keberuntungan itu. Biasanya tiket ke Sydney / Melbourne sekitar 10 jutaan p.p. Saya butuh sekarang sekali jalan, namun harga tidak otomatis separonya. Saya coba hunting di internet cari maskapai LCC, tiket murah. Saya dapatkan, tapi tidak semurah teman itu karena jarak waktu cuma 3 minggu. Saya dapat dengan harga 2.7 juta saja, ditambah beli voucher untuk barang 500 ribu untuk 40 kg. Karena saya pindahan butuh banyak bawa barang. Dan saya juga tidak pesan voucher untuk meal. Total 3.3 jt termasuk tax saya bayar di ATM dan tidak lama kemudian muncul di e- mail saya tiket perjalan, Jakarta - Singapore dan Singapore - Sydney. Yang kurang nikmat nya adalah jam dari Singapore ke Sydney, jam 2 malam. Sampai pada hari H nya saya berangkat. Naik di terminal 3 di Bandara Sutta jam 18. 30 . Ternyata barang saya mesih kelebihan 6 kg dan untuk satu kg excess ,kena 100 ribu. Setelah negosiasi saya hanya bayar 3 kg saja. Persoalan timbul karena rupiah sudah habis dan kaunter airline itu hanya terima cash. Wah kalah dengan pedagang Tanah Abang yang terima kartu debit atau kredit. Saya kritik petugasnya. Foto  ,; dokumen pribadi O, ya sebelum sampai dibandara saya sumpel dulu perut ini dengan nasi Padang, karena dipesawat makan minum serba mahal. Selanjutnya berjalan lancar dan tidak jajan dipesawat, cuma satu jam lebih. Sampai di Bandara Changi jam 8 malam dan harus menunggu sampai jam 2 malam. Mau keluar tanggung dan juga sudah malam. Terpaksa keleleran di Bandara yang bagus ini. Ada layar lebar nonton bola ( siaran ulangan) , toko-2 pun masih buka untuk cuci mata. Disini timbul kenangan lama, dimana anak-2 saya masih sempat bermain di Changi Beach dan kampung nelayan Changi. Dan sekarang sudah tidak ada lagi sudah menjadi Bandara termegah didunia. Saya hargai policy pemerintah Singapore untuk tidak serta merta merubah nama suatu tempat. Nama kampung nelayan Melayu , Changi tetap dipertahankan . Sesaat sebelum naik pesawat , sekali lagi saya sumpel perut ini dengan McDonald supaya tidak jajan di pesawat. Ada suatu pemandangan yang aneh disini yang saya sadari setelah masuk diruang tunggu. Orang antri mengisi botol kosong di Water-fountain diruang tunggu itu. Jadi nanti diatas tidak usah beli air meniral.  Ingat, melalui tempat x-ray tidak boleh bawa air, tapi boleh bawa botol kosong atau termos kosong. Penerbangan dari Singapore -Sydney sekitar 7 jam dan saya mencoba bertahan tanpa jajan. Saya lihat sebagian besar penumpang sekitar saya juga bertahan atau pura-2 tidur kalau penjual makanan lewat. Saya sendiri masih sempat menghabiskan dollar Singapore  untuk beli teh panas, 4 dollar sing. Persoalan lain timbul adalah kalau saya beli apa-2, dibayar boleh dengan USD atau AUD, tapi kembalinya pakai SGD. Wah 7 jam tidak makan tidak apa-2 , puasa saja 14 jam bisa bertahan. Sampai di Sydney jam 11 siang dengan selamat , rupanya bandara ini sepi kalau siang, ramai pagi dan sore. Mungkin karena kakek-2 mendorong 2 koper berat-2, petugas  bea cukainya kasihan, dibiar berlalu saja tanpa diperiksa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun