stres akibat berbagai tekanan di sekitarnya. Tuntutan akademis yang tinggi, masalah sosial seperti bullying, serta ekspektasi dari orang tua dan guru sering kali menjadi sumber tekanan yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka.
Di balik senyuman ceria anak-anak SD, sering kali terdapat beban emosional yang tidak terlihat. Anak-anak yang tampaknya bahagia dan aktif mungkin menyimpan perasaan cemas, depresi, atauBanyak orangtua dan pendidik yang tidak menyadari bahwa anak-anak juga bisa mengalami masalah kesehatan mental. Perubahan perilaku, penurunan minat pada kegiatan, dan kesulitan dalam bersosialisasi adalah tanda-tanda awal yang harus diwaspadai. Ketika anak-anak merasa tidak mampu memenuhi harapan, mereka bisa terjebak dalam siklus stres yang berkepanjangan, berpotensi mengarah pada masalah emosional yang lebih serius di masa depan.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak. Orangtua dan guru perlu berperan aktif dalam membuka dialog tentang perasaan dan pengalaman anak, sehingga mereka merasa aman untuk berbagi. Dengan pendekatan yang empatik dan edukasi tentang kesehatan mental, kita dapat membantu anak-anak menemukan kembali keceriaan masa kecil mereka dan tumbuh menjadi individu yang kuat dan sehat secara mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H