Mohon tunggu...
Ishma Firdausi
Ishma Firdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki minat yang tinggi terhadap hal baru

Selanjutnya

Tutup

Roman

Hubungan Cinta yang Tak Pernah Dimulai

18 Agustus 2024   15:43 Diperbarui: 18 Agustus 2024   16:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi patah hati (Sumber:stockio.com)

Hari pertama sekolah merupakan hari kebahagiaanku di mana merasakan indahnya memulai memakai seragam baru itu. Senyum terus terpancar dari bibirku sejak dari rumah hingga sekolah. Namun, terdapat satu hal yang membuat senyumku semakin lebar pada saat itu. Penyebabnya ialah Aku bertemu dengan seorang lelaki hitam manis yang selalu tak lepas dari pandangan mataku. Sejak saat itu, Aku selalu membayangkan dirinya dengan penuh kebahagiaan. Hari demi hari aku jalani sekolah dengan penuh semangat. Rasanya semakin semangat saat ku ketahui bahwa dia menjadi teman satu kelasku. Memang indah rasanya dapat bertemu dengan orang yang dikagumi di dunia remaja ini. Tentunya sejak saat itu pula, aku selalu mencuri pandang kepadanya. Salah tingkah yang selalu aku rasakan saat dekat dengan dirinya.

Namun, tentunya aku tak pernah melupakan tujuan awalku sekolah ialah untuk menimba ilmu dan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Hal yang menguntungkan pula bagiku ialah aku lakukan belajar bersama dengannya. Selain aku mampu memperoleh ilmu, akupun bisa lebih lama untuk dekat dengannya. Ternyata hal tersebut tak kunjung lama, karena dunia dilanda oleh virus COVID 19. Kami semua diwajibkan untuk melakasanakan pembelajaran di rumah secara online. Sedih rasanya, namun masih terdapat sedikit kebahagiaan karena aku dengan dia masih bisa berkomunikasi melalui gawai. Akan ku cari topik pembicaraan apapun agar aku tetap mampu ber-komunikasi dengan dia.

Tak bosan memang rasanya bahwa aku masih menyukainya sejak pertama kali berjumpa dengannya. Akhirnya sekolah pun dimulai dengan sistem offline kembali. Ini kesempatan emas yang harus aku lakukan. Kegiatan offline sekolah ini menjadi ajang untuk diri ini dapat lebih dekat dengannya. Dia yang selalu memberikan canda tawa kepadaku, berbincang sepatah dua kata pun aku tak apa. Rasa cinta ini sepertinya semakin meluas dan semakin deras dihatiku. Namun kenyataan yang harus aku terima dengan lapang dada ialah aku hanya mampu mencintainya tanpa ucap. Dengan artian aku hanya bisa mencintainya dalam diam, takut rasanya bila rasa cintaku ini terlihat dan terasa olehnya. Pikiran yang selalu takut untuk diketahui olehnya. Maka dari itu aku hanya bisa menyimpan rapat-rapat perasaan ini. Aku pun merasakan adanya perbedaan perilaku yang dia berikan kepadaku dengan orang lain. Entah itu memang perasaanku saja atau kenyataannya seperti itu.

Memasukki tahun-tahun berikutnya ternyata rasa cinta ini tak pernah pudar. Suatu ketika hari di mana aku mendapat kabar pahit, sakit, dan kecewa. Hari di mana aku mendapatkan kabar bahwa dia telah memiliki kekasih. Sakit rasanya, aku hanya bisa terdiam menerima kenyataan. Memang pahit rasanya, tapi aku harus kuat karena sejak awal aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Salah ku sendiri karena aku hanya mampu untuk mencintainya dalam diam. Sejak detik itu aku langsung melupakan dia dan menghapus rasa cinta yang masih tersimpan di dalam hatiku. Ya benar aku telah menyimpan rasa cinta ini selama kurang lebih tujuh tahun. Itulah kisah cinta yang harus kandas karena tak pernah dimulai. Memang menyakitkan namun aku bisa apa jika memang sejak awal aku hanya berjalan diam tidak berjalan beriringan dengannya. Penyesalan memang datang di akhir. Namun, aku senang bisa mengenal lelaki hebat, periang, dan manis sepertinya. Selalu ada rasa bahwa aku masih ingin bertemu dengannya, hanya untuk melepas rindu yang dirasakan selama tujuh tahun ini. Pada akhirnya aku masih mencari sosok lelaki yang sepertinya atau lebih baik darinya. Nihil hasilnya, aku masih belum menemukan lelaki yang bisa membuatku nyaman seperti yang dia buat kepadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun