Mohon tunggu...
Ishma Cleo
Ishma Cleo Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang siswa yang hobi menggambar dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melestarikan Esensi Upacara Kirab Pusoko

4 Agustus 2024   20:40 Diperbarui: 4 Agustus 2024   20:43 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pacitan merupakan salah satu kota yang dikenal luas dengan aneka ragam keindahan alamnya. Kota di Provinsi Jawa timur ini selain keindahan alam yang terjaga, juga memiliki keberagaman kearifan lokal yang masih dilestarikan sampai sekarang. 

Kearifan lokal dapat dilestarikan dengan berbagai cara salah satunya adalah mengubah kearifan lokal tersebut menjadi pertunjukkan budaya. 

Oleh karena itu, budaya tersebut akan selalu dikenang penonton untuk mengingat pentingnya melestarikan budaya. Salah satu budaya kearifan lokal yang dilestarikan sampat saat ini adalah tradisi upacara kirab pusoko Sampuring Selo Roco.

Upacara kirab pusoko Sampuring Selo Roco merupakan tradisi yang berasal dari Desa Ngreco, Tegalombo, Kabupaten Pacitan. Tradisi ini didasari oleh asal usul terbentuknya Desa Ngreco yang merupakan bentuk besih desa dari berbagai kolo yang mengancam. 

Tradisi ini bertujuan menyatukan keharmonisan dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam, dirangkaian upacara adat Kirab Pusoko Sampuring Watu Reco selain Kirab selendang ada ritual khusus yaitu kauman (Gendurenan) dan tayub. Kearifan lokal tersebut yang perlu dijaga agar tidak luntur terhadap perkembangan zaman.

Terdapat tiga unsur kegiatan pelaksanaan upacara kirab pusoko Sampuring Selo Reco yaitu kenduren atau selametan, kirab sampur (selendang) dan ritual tari tayub. 

Kenduren atau selamatan yang disebut kauman oleh warga Desa Ngreco merupakan sedekah bumi sebagai wujud kesukuran atas limpahan tanah yang subur dari Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga para penduduk tidak kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, bentuk selamatan untuk menghindari kolo atau bahaya yang mengancam seperti paceklik, bencana alam, dan wabah penyakit.

Dilanjutkan dengan kirab sampur yaitu pemindahan selendang dari sang juru kunci ketempat lokasi upacara adat yang dilakukan oleh seseorang sesepuh yang sudah dipercayai, selendang yang disebut Pusoko Sampuring Selo Reco merupakan lambang penghormatan kepada leluhur yang sudah mewariskan sejarah cikal bakal Desa Ngreco. 

Setelah sampur diserahkan ke Pengibing pertanda Ritual tari tayub sudah mulai, sebuah tari yang peragakan antara pria dan wanita dengan aturan sesuai norma setempat, ritual ini sebagai wujud hubungan antara pria dan wanita harus harmonis menjalankan peran pria dan wanita sesuai dengan kodratnya.

Upaya dalam rangka melestarikan kearifan lokal ini warga Desa Ngreco mengubahnya menjadi penampilan yang diadakan setahun sekali. Seperti pada unggahan di youtube dari saluran Cikal Alit, pada video unggahan tersebut menampilkan proses bagaimana upacara adat kirab pusaka dari awal sampai akhir. Dibuka dengan penampilan sesepuh yang melaksanakan kirab sampur lalu pergi ke ujung desa lalu menampilkan pementasan akhir yaitu sang pangeran haryono dan dawir rupini yang sedang masa kasmaran melalui dengan tarian tayub. Acara lalu ditutup dengan kauman mengucapkan rasa puji syukur kepada Tuhan YME.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun