Jika suami Anda adalah Presiden, maka gelar Anda adalah the first lady. “Ladies” adalah jejuluk yang akrab dalam dunia privat, tetapi kata “the first”, memaksa Anda menjalankan kelakuan politik yang mencerminkan “gender political model.”
Seorang first lady adalah pelindung dan pendukung tanggung jawab suami. Ia akan memberikan dampingngan politik dengan keberanian dan dukungan personal. Bahkan kadang-kadang ia menjadi patner Presiden.
Di Amerika, dengan sejarah kepresidenan yang panjang, peranan para isteri Presiden telah menjadi kajian khusus. Terdapat keragaman cara bagaimana setiap isteri Presiden menerjemahkan peran sebagai first lady.
Nancy Reagen (1981-1989), Barbara Bush (1989-1993), dan Laura Bush (2001-2009), adalah isteri Presiden yang menjalankan aktivitas publik tidak lebih dari perluasan komitmen mereka atas kehidupan pribadi, menjadi “nyonya rumah” yang baik. Mereka tidak menjalankan agenda politik partisan. Mereka dicitrakan sebagai isteri pendukung suami dan pengendali keluarga yang baik. Mereka berpredikat loyal baik sebagai isteri maupun sebagai seorang ibu. Laura Bush misalnya, kerap mengumandangkan kebutuhan tiap anak untuk memperoleh role model yang baik dalam menciptakan nilai-nilai dan moralitas keluarga. Ia merepresentasikan dirinya menjadi panduan moral. Ujaran-ujarannya mencerminkan peran seorang ibu dibandingkan sebagai perempuan yang menguasi ilmu tumbuhkembang anak.
Sebaliknya, ada pula para isteri Presiden yang tegas menjalankan peran mereka untuk menghela gerbong perubahan mengenai isu sosial politik dengan kebijakan resmi pemerintah. Elearnor Roosevelt (1933-1945), Rosalyn Carter (1977-1981), dan Hillary Clinton dikenal mempengaruhi posisi formal suaminya dan pernah dimintai keterangan oleh Kongress. Mereka independen di hadapan suami, menjalankan politik partisan, dan gemar meluncurkan program-program yang tak melulu berurusan dengan “pemberdayaan perempuan.”
Hillary Clinton untuk pertama kali berhasil mengubah gambaran mengenai ibu negara dari peran tradisional menjadi gambaran tipe wanita professional modern. Betty Ford menekankan kesetaraan di kalangan perempuan meski gagal memperoleh dukungan dari kalangan konservatif (partai asal suaminya). Rosalyn Carter bahkan pernah menduduki jabatan sebagai ketua komisi kepresidenan untuk kesehatan. Serupa dengan itu, Hillary pernah ditunjuk suaminya untuk menjadi Ketua Gugus Kerja Reformasi Jaminan Kesehatan Nasional, yang kemudian diperkarakan Konggres.
Ada juga peran isteri Presiden yang terletak di tengah-tengah, tidak terlalu domestic tetapi juga tidak ekstrem. Lou Henry Hoover (1929-1933), Jacquilline Kennedy (1961-1963), Lady Johnson (1963-1969), Pat Nixon (1969-1976), Betty Ford (1976-1977), dan Michelle Obama (2009-sekarang).
Michelle Obama misalnya, selalu menekankan peran sebagai seorang ibu. Di awal menghuni Gedung Putih, Michelle menekankan peran untuk memberikan pengertian kepada anak-anaknya akan perbedaan perlakuan dan gaya hidup di kediaman resmi Presiden dibandingkan rumah mereka di Chicago. Andai pun berbicara soal masalah publik, isu yang diangkat tidak jauh dari masalah kesehatan anak, makanan dan gizi, kebun, dan menu. Gaya berkomunikasi di kalangan keluarga tentara dan sekolah, memberikan penekanan mengenai makna penting dari pengasuhan.
Memang kadang-kadang saat kampanye kepresidenan pun, (calon) ibu negara itu sudah mengemukakan orientasi minat dan kesukannya. Barbara dan Laura Bush gemar sastra dan bacaan, sementara Rosalyn berjanji mengupayakan reformasi kesehatan. Bahkan Clinton pernah menjanjikan bahwa ia akan berpatner dengan Hillary dalam pembentukan kebijakan kepresidenan.
Ada juga yang sejak awal tak pernah menjanjikan apapun. Ini seperti Lou Henry Hoover, Bess Trumman (1945-1952), Mammie Eisenhower (1952-1961), Jacquelline Kennedy, Lady Jhonson, Pat Nixon, Nancy Reagen, dan Michelle Obama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H