Pada tahun 2010, Presiden Nursultan Nazarbayev—yang sudah berkuasa sejak negara ini lepas dari kekuasaan Soviet pada tahun 1991--mengunjungi setiap wilayah Kazakhstan. Selama perjalanan ini anggota masyarakat dan perwakilan dari berbagai lembaga bertanya kepadanya tentang pemilu yang akan datang dan kemungkinan menjadi Presiden seumur hidup. Presiden Nazarbayev mengatakan bahwa berbagai lobi, pelaku usaha, dan kelompok telah memberikan tekanan besar pada dirinya untuk mengadakan referendum mengenai hal itu. Presiden sendiri mempermasalahkan usul itu karena langkah konstitusional adalah pemilu, dan bukan referendum. Presidentelah mengambil bagian dalam2 kampanye pemilu, tahun 1999 dan 2005, dan memperoleh lebih dari 80% suara pada kedua kesempatan itu.
Pada tanggal 20 Desember 2010, diadakan pertemuan yang diinisiasi oleh The Inisiative Group. Ide memperpanjang masa jabatan Presiden mulai terbentuk ketika 5 juta tanda tangan dukungan dikumpulkan dari pemilih. Selama 5 tahun terakhir, Presiden telah menugaskan jajak pendapat setiap 3 bulan; dukungannya secara konsisten berada pada margin 90 %. Namun, ada perbedaan antara sebuah jajak pendapat dari 10.000 responden dengan petisi berupa 5 juta tanda tangan. Presiden telah konsisten mendukung Konstitusi, tapi dia terkejut dengan jumlah tanda tangan tersebut, dan sejenak menuding itu sebagai referendum. Masalah ini diperdebatkan di awal Januari, dan pada tanggal 14 Januari 2011 parlemen mengadopsi amandemen Konstitusi untuk mendukung penyelenggaraan referendum. Presiden memveto ini dan menyerahkannya kepada Mahkamah Konstitusi untuk diuji konstitusionalitasnya. Mahkamah merumuskan putusan yang mendua, di satu sisi menyatakan bahwa referendum tidak bertentangan dengan konstitusi dan oleh karena itu dapat dilaksanakan. Di sisi lain, perubahan konstitusi yang ditetapkan Parlemen pada 14 Januari bertentangan dengan Konstitusi. Hal ini mengakibatkan krisis macam .
Lalu muncul krisis politik. Ada 3 usul yang mengemuka.Opsi pertama adalah soal referendum, Presiden memiliki kewenangan untuk menolak keputusan Mahkamah Konstitusi. Namun, karena putusan sudah diumumkan maka langkah tersebut akan keliru dan tidak populer. Pilihan kedua adalah membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum dini. Opsi terakhir adalah memveto hasil referendum , dan bukan melaksanakan pemilihan Presiden lebih awal. Tapi Presiden justru menetapkan pemilu Presiden lebih cepat. Kemudian, pemilihan Presiden diselenggarakan pada tanggal 3 April 2011. Dan lagi-lagi, Nazarbayev kembali terpilih sebagai Presiden di negeri yang kaya minyak itu.
Konstitusi menguraikan bahwa Kazakhstan adalah negara demokrasi, dan proses pemilu adalah inti dari itu. Per 1 Januari 2011 pendapatan rata-rata di Kazakhstan adalah 9.000 USD, naik dari 700 USD pada tahun 1994. Kazakhstan adalah negara anggota Commenwealth Independent States (CIS, persekutuan bekas negara bagian Soviet) yang paling sukses dalam hal reformasi pasar.
Rakyat Kazakhstan mengakui Nazarbayev sebagai Pemimpin Bangsa, dan ingin melihat dia sebagai Presiden setidaknya untuk 5 tahun ke depan. Ambisi Nazarbayev selama 10 berikutnya adalah untuk menggelar inovasi industri dan mengakhiri ketergantungan Kazakhstan pada minyak dan gas. Jika dia tidak dapat berhasil dalam hal ini, kemerdekaan Kazakhstan akan dipertanyakan.
Apapun yang orang pikirkan mengenai Nazarbayev, pemerintahannya sepanjang 20 tahun terakhir telah menghasilkan prestasi yang nyata. Pada awalnya Khazakhtan tidak lebih sekadar hamparan luas yang dihuni oleh mayoritas pemukim Slavia, minoritas Kazakh asli ( tidak lebih dari 20 % menurut sensus 1959) dan beragam etnis yang awalnya dibuang oleh Stalin (Jerman, Tatar, Korea, Chechen, dan banyak lainnya). Di bawah Nazarbayev, bukan hanya menciptakan sebuah negara tetapi juga mampu mengusahakan ekonomi yang layak dan identitas nasional. Awalnya bahkan mata uang pun tidak punya dan industry begitu kecil, lalu Nazarbayev memimpin pengembangan ekonomi pasar yang mampu mendukung populasi negaranya. Memang, Nazarbayev telah menjadi the founding father, memimpin melalui kemandirian dan menjalani masa transisi yang unik di Asia Tengah.
Presiden Nazarbayev berhasil mempertahankan integrasi wilayahnya. Pada awalnya ada kecemasan di kawasan utara negeri itu saat wilayah yang dihuni mayoritas etnis Rusia dan Slavia hendak bergabung kembali dengan Rusia. Nazarbayev juga mengakhiri keburukan Soviet di wilayah itu terkait dengan uji coba nuklir dan pembuangan limbah beracun dengan menutup 1.360 hulu ledak nuklir dan menghentikan percobaan uranium. Selain itu, ia memimpin Kazakhstan berkembang menjadi pemasok penting energi, ke Barat serta Rusia dan China, sehingga menjamin kemandirian ekonomi masa depan. Amerika Serikat telah memberikan dukungan kunci karena cadangan energi Kazakhstan. Jerman juga telah menjadi mitra perdagangan penting dan juga rumah baru penduduk Kazakhstan etnis Jerman (menurut sensus 2009, mencapai 1,1 % penduduk Kazakhstan, turun dari 5,8 % pada tahun 1989).
Capaian Nazarbayev tidak harus dipahami sebagai pujian. Nazarbayev memimpin Kazakhstan menjadi negara modern tetapi dengan ongkos politik yang mahal: menjadi otokrat. Konstitusi 1993 menuntut adanya check and balances system tetapi tahun 1995 diubah sehingga Presiden tidak berbagi tanggung jawab dengan lembaga negara manapun. Tahun 2002, diperkenalkan UU Partai Politik. Syarat dukungan pendaftaran partai politik diperberat: dari 3000 dukungan menjadi 5000 dukungan, untuk menggunting kekuatan oposisi. Tahun 2006 UU Media Massa yang represif ditetapkan. Perubahan Konstitusi 2007 memungkinkan Nazarbayev menjadi Presiden seumur hidup sepanjang hayat dikandung badan.
Tetapi capaian ekonomi terancam. Krisis finansial global 2008-2009 membawa dampak yang buruk. Sejak 2002, BUMN Kazakhstan menggurita sehingga mengembangkan banyak lini usaha dengan alasan membuka lapangan kerja, mendorong investasi asing. Namun, korupsi mulai berkembang pula di sekitar Nazarbayev.
Nazarbayev mulai renta, saat usia melebihi 70Â tahun. Ia ingin dikenang sebagai reformis yang tidak lalim. Kelangsungan politik mulai diperhitungkan. Keluarga terdekat menjadi dambaan walaupun masih menjadi teka-teki karena kehidupan pribadi mereka yang berantakan. Putri sulungnya, Dariga, nampaknya akan disingkirkan dari daftar pewaris tahta kepresidenan. Bagaimanapun, bekas suami Dariga, menentang Nazarbayev dari Austria. Putri keduanya, Dinara, setali tiga uang: kontroversial karena perilaku bisnisnya dan kehidupan rumah tangganya yang berantakan setelah kelakuan suaminya, Timur Kulibayev. Si bungsu, Aliya, pada tahun 1998 telah menikah dengan putra Presiden Kyrgyzstan, Aidar Akayev. Persekutuan dinasti terbentuk tapi gagal karena mereka bercerai. Belakangan Aliya menikah dengan pengusaha bernama Daniyar Khasenov.
Nazarbayev sendiri nampaknya lebih suka jika penggantinya adalah salah satu dari anak perempuannya atau kerabat dekatnya yang perempuan. Ia menampik kemungkinan laki-laki sebagai penggantinya, karena ia telah memperhitungkan rumitnya medan politik yang akan ditempuh dengan ancaman persaingan yang mungkin tidak mampu dikendalikannya. Mengingat potensi dan posisi Kazakhztan sebagai produsen minyak dan gas, patut diperhitungkan bahwa Presiden pengganti kelak haruslah orang dengan kepribadian serupa dengan Nazarbayev sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H