Entah apa yang sedang merasuki pikiran saya, tiba-tiba pengen semua orang melupakan sepak terjang JK untuk bangsa ini.
Tepat 1 tahun kepemimpin SBY Boediono untuk bangsa Indonesia, ada ribuan warga yang secara langsung menyeseli perjalanan bangsa ini terhadap berbagai bidang, ada yang tidak puas, merana, bahkan sebagian besar lagi menilai kepemimpinan tidak mampu menjalankan amanah yang telah diberikan oleh mayoritas rakyatnya. Khususnya, kasus Century yang tak kunjung tersentuh oleh hukum, walaipun pak Beye adalah pendekar KORUPTOR (menurut siapa?)
Berangkat dari hal di atas, beberapa tulisan yang saya baca, perbincangan warung kopi, dan beberapa berita-berita lainnya seakan-akan ingin bangsa ini kembali dipimpin oleh JK, bangsa ini merindukan sosok pemimpin yang tidak jaim, pemimpin yang tidak mengurusi ketampanannya di depan kamera, pemimpin yang tidak perlu berlatih ketika ingin berpidato, atau pemimpin yang tidak takut dengan kondisi pada daerah yang ingin dikunjungi. Atau, barangkali bangsa ini mencari sosok pemimpin yang bertindak cepat melampaui cara berpikirnya sendiri.
JK dengan slogannya lebih cepat lebih baik telah mampu menanamkan pola pikir kepada anak bangsa tentang bagaimana memanajemen sebuah negeri yang luar bisa keragamannya. Tapi, apa boleh buat, waktu telah berlalu, meninggalkan penyesalan terhadap sebuah keputusan untuk kepentingan negeri ini.
Kita tidak mungkin sejarah yang telah berlalu diubah karena kepetingan dan penyesalan yang telah terjadi, ada baiknya negeri ini mencari sosok-sosok JK lain dan biarkan JK yang sesungguhnya mengurusi perdamaian bangsa dan dunia ini, serta mengurusi pendidikan, mesjid dan kembali ke kampungnya di tanah Bugis Makassar, seperti yang telah diungkapkan di waktu yang lampau.
So, mari lupakan JK, tetapi menjadikan pola pikir dan tindak tanduknya seperti JK untuk diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H