Mohon tunggu...
Ishandika FerdiansyahRamadhan
Ishandika FerdiansyahRamadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNY

Mahasiswa UNY

Selanjutnya

Tutup

Bola

Derby Mataram antara Persis dan PSIM Menimbulkan Ricuh

26 Oktober 2021   10:18 Diperbarui: 26 Oktober 2021   10:50 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ricuh disini bisa disamakan dengan tawuran. Hal ini dikarenakan ricuh ini biasanya ditimbulkan karena ketidakpuasan salah satupihak terhadap pihak lain yang bisa memicu tawuran antara kedua belah pihak. Tawuran yaitu perkelahian yang dilakukan beramai ramai atau secara masal yang biasanya dilakukan dengan cara adu mulut dan adu kekuatan fisik,bahkan tidak jarang tawuran sendiri banyak yang membawa peralatan tawuran seperti Br,sajam,batu,pedang dll. Tawuran sendiri sudah sangat jelas merugikan diri sendiri dan orang lain. Kerugian diri sendiri bisa berupa anggota tubuh yang mengalami luka bahkan skenario terburuknya bisa menyebabkan sampai meninggal. Lalu kerugian bagi orang lain yaitu karena orang orang disekitarnya bisa terkena serangan yang diakibatkan dari tawuran,selain itu juga bangunan,mobil,bus sekalipun bisa terkena dampak dari tawuran tersebut.

Kericuhan ini basanya terjadi antar suporter kedua belah pihak. Suporter yaitu suatu kelompok yang mendukung suatu pertandingan. Dalam dunia olahraga khususnya sepak bola. Suporter tidak bisa dikatakan sebagai orang yang mendukung saja,akan tetapi suporter itu bisa dikatan orang yang aktif dalam memberikan dukungan kepada tim yang dicintainya dengan menyanyikan yel-yel,gerakan yang dipadukan sedemikian rupa dengan tujuanmemberikan semangat kepada tim yang didukungnya.

Suporter ini biasanya memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap timyang didukung. Hal ini dikarenakan suporter ini dilandasi oleh rasa cinta yang amat mendalamterhadap tim yang didukung sehingga dapat mempengaruhi emosional dari suporternya, contohnya jika tim kesayangannya mengalami kekalahan biasanya akan ada yang merasa sedih dengan mengekspresikan kesdihannya dengan tangisan atau pun ketidak terimaan salah satu kubu yang menjadi salah satu pemicu terciptanya ricuh yang mengakibatkan tawuran.

Hal itulah yang bisa dirasakan oleh suporter PSIM yang tidak terima atas kekalahan timnya dengan Persis Solo. Sebelumnya akan saya jelaskan mengapa bisa disebut dengan derby mataram. 

Hal ini dikarenakan kedua tim mewarisi kultur mataram sehingga bisa disebut dengan derby mataram. Biasanya julukan untuk Persis Solo yaitu Mataram is Red,sementara di kubu PSIM biasa dijuluki dengan Mataram is Blue. Derby Mataram ini kembali dihelat pada Senin,21 Oktober 2019 di Stadion Mandala Krida. Derby mataram ini sebenarnya tidak memberi efek apapun terhadap nasib kedua tim ini, karena kedua tim ini sudah dipastikan gagal melaju ke babak berikutnya.

Kegaduhan di stadion sudah mulai terlihat sejak kedudukan imbang 1-1. Setelah itu pertandingan kian memanas semenjak kubu Persis Solo unggul 2-3 atas tim tuan rumah PSIM Yogyakarta. 

Menjelang penghujung laga, salah satu pemain Persis Solo yakni Muhammad Sulthon mengulur waktu untuk mengamankan keunggulan timnya. Hal ini yang memicu kemarahan salah satu pemain dari PSIM Yogyakarta,yakni Hisyam Tolle yang merupakan winger andalan dari tim PSIM melakukan tindakan tidak terpuji. Hisyam Tolle melayangkan tendangan Kung-fu ke arah pemain Persis Solo yang mengakibatkan ia di kartu merah oleh wasit dan diusir dari lapangan.

Tensi yang kian tinggi itupun membuat suasana tribun yang makin tidak terkontrol sehingga menuyulut amarah dari kubu suporter. Puncaknya di masa Injury Time. Sekitar 2 menit an sebelum peluit panjang dibunyikan oleh wasit, suporter dari tribun turun ke lapangan, mengincar para staf dan pemain tamu dengan memanfaatkan apa saja yang ada seperti botol,batu hingga bambu yang digunakan untuk menyerang tim tamu "Mereka yang rusuh memanfaatkan apa saja yang ada. Bambu, batu, botol, digunakan untuk menyerang. Pemain dari kedua tim lalu lari untuk  mengamankan diri. Polisi juga bergegas menanggapi, tapi emang dasarnya sudah kalah jumlah dari suporter," terang Dani (27), salah seorang suporter saat dikonfirmasi reporter Tirto, Selasa 22 Oktober 2019  pagi.

Suasana yang tidak kondusif itupun tidak hanya berlangsung di dalam lapangan, bahkan masih terus berlanjut di luar lapangan yang mengakibatkan polisi menembakkan gas air mata ke arah suporter yang ricuh tersebut. Dengan tujuan agar suporter mereda, bentrok antara suporter dan kepolisian malah kian menjadi jadi yang mengakibatkan mobil dan truk dinas kepolisian menjadi sasaran"Satu mobil dibakar, satu dirusak. Awalnya PSIM Yogyakarta kan kalah, nah atas dasar itu penonton kecewa dan rusuh," tutur Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Araini.

Kericuhan ini menjalar hingga ke daerah prambanan yang mengakibatkan kedua suporter PSIM dan Persis Solo mengalami bentrok yang jelas jelas sudah merugikan warga setempat. Korban lainnya yaitu Budi Cahyono jurnalis Goal Indonesia yang mendapat intimidasi dari pemain PSIM agar menghapus foto tendangan Kung fu nya ke arah Persis Solo. Selain itu ada Guntur Aga, jurnalis foto Jawa Pos Radar Jogja yang tidak hanya mendapat intimidasi,tetapi juga mendapat kekerasan fisik dari pihak suporter. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun