Mohon tunggu...
Ishak Kamaruszaman
Ishak Kamaruszaman Mohon Tunggu... -

Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

3 Syarat Menjadi Orang Baik

9 Desember 2014   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Konon, menjadi orang yang baik itu sulit dan identik dengan menderita, sehingga sangat tidak nyaman. Betapa tidak menderita, jika menjadi orang baik itu harus mengalah, sabar, menahan diri, jujur, tidak egois, bahkan tidak memikirkan kesenangan diri pribadi.

Apalagi, jika kita menyaksikan tayangan-tayangan televisi seperti sinetron yang memperlihatkan betapa menderitanya menjadi orang baik, selalu menjadi bulan-bulanan tokoh antagonis atau tokoh jahat. Akhir cerita pun juga tidak nyaman yaitu harus memaafkan, yang merupakan bagian dari sifat orang baik.

Benarkah menjadi orang baik sangat tidak nyaman?

Menjadi orang baik sebenarnya sebuah proses untuk kembali kepada fitrah kita sebagai manusia yang sesungguhnya. Maka, manifestasi dari sifat baik adalah berbuat baik pada diri sendiri, berbuat baik pada orang lain, berbuat baik pada lingkungan, dan mengikhlaskan ketaatan kepada Sang Pencipta, secara seimbang.

Jika orang lain kita anggap atau kita nilai tidak baik, tidak adil terhadap kita, itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah menjaga agar kita tetap menjadi orang baik dengan mengendalikan diri agar keseimbangan emosi kita tetap terjaga. Tidak terpengaruh dengan kejelekan orang lain yang akan merusak keikhlasan kita untuk tetap sabar dalam kebaikan.

1.Orang baik itu harus Sabar.

Sering kita dengar ungkapan: SABAR ITU ADA BATASNYA !!!. Ketika pipi kirimu ditampar orang maka berikan juga pipi kananmu. Jika engkau dilempar batu maka balaslah dengan melempar pisang. Apakah ini yang disebut sabar? Mari kita simak bagaimana kesabaran Rasulullah saw.

Setiap kali Rasulullah melewati salah satu jalan di Makkah, telah menunggu seorang pemuda kafir quraisy yang begitu Nabi lewat tepat di depan rumahnya ia pun meludah ke arah muka Rasul. Namun Nabi selalu membalasnya dengan senyum. Esoknya Nabi tetap melalui jalan yang sama, dan si pemuda pun tetap meludahi muka Rasul yang di balas Rasul dengan senyum. Sampai suatu hari ketika Rasul melewati jalan yang sama si pemuda tidak meludahi Rasul, lalu Nabi nanya kepada tetangganya, “Ada apa dengan pemuda yang biasa menyambutnya di depan rumah tersebut?” Tetangganya menjawab, “kalau pemuda itu sedang sakit”. Segera Nabi pulang dan bertanya kepada Siti Aisyah,”Adakah makanan di rumah kita?, Ada ya Rasul, jawab Aisyah! Tolong bungkuskan, karena saya ingin menjenguk sahabat yang sakit.”

Selanjutnya Rasul membawa bunkusan makanan tadi ke rumah sahabatnya yang sakit, yaitu pemuda yang setiap harinya menyambut Rasul dengan meludah ke muka-nya. Setelah mengetuk pintu mohon ijin masuk, Rasul menanyakan, “Bagaimana keadaanmu sahabatku? Aku heran mengapa tadi aku lewat di depan rumahmu engkau tidak menyambutku? Lalu aku tanya ke tetangga, katanya engkau sakit, “ini ada sedikit makanan/oleh-oleh, mudah-mudahan kamu cepat sembuh”? Bergetar tubuh si pemuda, menitik air matanya, dan di hadapan Nabi dia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Saudaraku ingatlah bahwa kemenangan itu ada bersama kesabaran, dan hanya orang-orang yang berimanlah yang diberikan kesabaran tanpa batas. Hal ini sebagaimana Firman Allah swt :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS.Ali Imran : 200)

2.Orang Baik itu harus Mengalah.

Orang baik itu identik dengan mengalah. Mengalah karena belum ada kesempatan, atau mengalah untuk menang!! Untuk mendekatkan pemahaman kita tentang masalah ini dapat kita contohkan pada pertengkaran suami istri.

Tanpa basa basi, begitu suami pulang kerja istri langsung nyerang dengan tendangan 12 pas, “Bang !, kata orang-orang, kini abang punya wanita simpanan ya? Ah, kau ini mudah kali termakan gosip, ambilkanlah abang minum dulu lah, nanti kita bahas pelan-pelan apa masalahnya. “Gak mau, abang harus jawab dulu, kata orang perempuan simpanan abang itu sudah hamil 3 bulan kan? “Gak benar itu dek, itu cuma gosip titik”.

Adek belum puas soalnya ku tengok abang belakangan ini sering berpenampilan necis, mau ke warung aja pake dandan setengah jam, mana lagi suka negok-nengok perempuan cantik, kadang suka senyum-senyum sama anak gadis, aku tambah curiga ini sama abang.”

Istriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.Al-Hujurat : 6)

“Jadi dek, kau teliti dulu betul-betul semua informasi yang sampai kepadamu, gali informasi dari berbagai sumber baik yang mendukung ataupun yang berseberangan, jauhkan diri dari segala syak wasangka karena semua prasangka itu tidak mampu mencapai kebenaran. Abang bukan membela diri, tapi kalau Adek menuduh seseorang bersalah harus menyertakan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sahih. Jika tanpa adanya bukti samalah artinya Adek menyebarkan fitnah yang keji dan itu dosa besar lho.”

“Okelah Bang kalo begitu, akan kuselidiki betul-betul persoalan ini, Adek harap ini hanya berita bohong. Tapi kalo ini memang betul-betul terjadi, hati-hati Abang “Kusunat dua kali nanti anu Abang.” Suami: “Bah…!!”

3.Orang Baik iti harus Memaafkan

Orang bilang meminta maaf itu sulit, mendatangi orang yang pernah kita sakiti lalu mengakui kesalahan dan mengulurkan tangan tanda memohon maaf itu berat. Namun taukah anda bahwa memberi maaf itu jauh lebih sulit, membuka hati untuk memafkan segala kekeliruan yang pernah dilakukan orang lain itu lebih berat. Boleh jadi lisan berucap bahwa telah memaafkannya, mungkin pula tangan berjabat tanda menerima maafnya. Namun mampukah kita menghilangkan luka yang berbekas mendalam di sanubari, ini tentu membutuhkan proses yang panjang.

Khalifah Umar bin Khattab suatu hari mendapati berita fitnah yang tersebar dimasyarakatnya tentang dirinya yang berbuat aniaya, tidak adil, dan lain sebagainya. Mendengar fitnah itu Khalifah Umar bin Khattab marah, hingga dibacakan kepadanya firman Allah swt :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS.Al-A’Raaf:199)

Mendengar firman Allah swt itu Khalifah Umar bin Khattab segera mengambil air wudhu’ dan sholat sunnah 2 raka’at. Se-usai sholat ia mendapati kaumnya dan mengatakan seandainya apa yang mereka sampaikan itu benar, ia akan memperbaiki dirinya, namun jika yang mereka sampaikan itu fitnah semoga itu menjadi penghapus dosanya dan menimpakan dosa itu pada si penyebar fitnah.

Orang lain mungkin menganggap kita bodoh karena begitu mudah memafkan segala perbuatan buruk yang pernah terjadi. Namun adakah untungnya menyimpan dendam dan kemarahan atas perilaku buruk orang lain pada kita? Bukankan dendam dan kemarahan itu hanya membuat jiwa dan raga kita menderita?

Kalau kita mau bertanya, “Apakah tujuan hidup ini untuk menderita? Atau tujuan hidup ini untuk meraih bahagia?. Jika memang bahagianya yang mau diraih dalam hidup yang singkat ini, mari mulai lembaran baru dengan membuka hati memaafkan semua khilaf salah yang pernah orang lain buat ke diri kita. Tidak ada kemarahan, tidak ada dendam dan sakit hati. Insya Allah hidup berkah, jauh dari segala penyakit lahir dan bathin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun