MTV(Music Television)sebelum dan bebuka tahun 2000, adalah sebuah produk budaya. Bukan cuma kosmetik berbentuk euphoria bermusik dan mode, tapi sudah mengakar ke cara pandang remaja pada dunianya yang serba gemebyar.
Ada dua muatan terkandung: positif dan negatif. Yang positif berisi simbolisasi optimistik, kreativitas, budaya praktis, rasa humor, musikalitas, senipenyajian pesan dan banyak lagi.
Negatifnya, merekamenyajikan fenomena generasi instan yang serampangan memandang nilai-nilai. Sialnya, totok ukur mereka budaya utara, Eropa - Amerika. Dan walau institusi ini membuka cabang di Asia Tenggara, budaya utara-nya kental nian.
Simak salah satu contoh kampanye anti-aids yang sebetulnya mulia dari MTV. VJ mereka tanpa tedeng aling bilang,” Hey… guy’s, lu mesti ati-ati sama nyang namanya AIDS. So… kalau mau ngapa-ngapain, use condom, save sex and have a nice life…”
Direnungkan agak lama, kampanye tadi memiliki kandungan tersirat terhadap nilai-nilai yang coba dibenturkan. Pertama, ‘pagar-pagar’ moral ikhwal kebebasan, termasuk muatan secara deskriptif. Kedua sebuah persuasi samar dan halus tentang kebebasan (baca:seks). Dua hal tadi bakal bermuara padapenegasan versi mereka: Bagi generasi MTV, hal-hal yangserbabebas adalah biasa alias tabu-phobia.
Contoh laintayangan ordinary personatau real life berisi keseharia remaja berbagai negeri. Ada anak Filipina, Indonesia, Thailand,Hongkong dan banyak lagi. Sekilas, tayangan ini biasa, sosok remaja kreatif yang optimis memandang masa depannya. Tapi saat masuk kehidupan cintanya….. tunggu dulu! Semacam privasisasi yang jadi publis. Perlakuan mereka pada lawan jenis, detail pacaran dan banyak lagi.
MTV tak bersalahdalam kejujurannya merekan keseharian faktual. Tapi untuk disebarkan secara publik di layar gelas, jadi pekerjaan rumah tak gampang bagiagamawan atau sosiolog yang peduli.Menangani fenomena ini kita tak punya kapasitas menyalahkan siap-siapa. Tidak MTV, tidak juga media partnernya yang ikutan merger mengimpor budaya canggih ini. Tinggal kecerdikan kita berkelit dan waspada pada pesan yang tersirat.
Tetap ikutanmenikmati sajian musik yang oke punya. Ngakak melihat tingkah VJ mereka yang nyeleneh, kagum sama grafishasil tim artistik mereka. Dengan tetap.. pasang kuda-kuda pada pesan tersirat tadi.
Moga-moga remaja kita mampu merenung sejenak. “ Sst..ada nilai yang coba dibenturkan….” Bisa kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H