Mohon tunggu...
isfandiari mahbub djunaidi
isfandiari mahbub djunaidi Mohon Tunggu... -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerdas dan banyak Merenung.. Oleh: Isfandiari

15 April 2011   09:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini penyakit orang (yang ngakunya) modern -Segala hal berbau klenik atau diluar logika, adalah non sens, kuno alias ndeso. Nah, bagaimana Islam menyingkapi hal ini?

Padahal disisi lain, banyak tuduhan oriestalis bahwa muslimin masuk golongan ini. Suka tahayul, kurang rasional, mudah marah dan suka menuduh.Sedikit terdengar aneh, langsung tuduh Zionis Yahudi. Janggal sedikit, langsung bilang kafir dan… merekapun tetap maju meninggalkaan kita. Tragis!

Ironisnya, Islam tak melulu sepaham dengan pandangan umum muslimin. Sebab, dari kajian moral dan kajian historis, persoalan logika menempati urutaan mulia dalam pelukan Islami.

Simak komentar ahli hukum sekaligus filsuf beken, Muhammad Husein Heikal. “Banyakbuku tentang Rasulullah banyak dibumbui hal tak rasional. Ini sekaligus dijadikan sasaran empuk orientalis barat untuk mendeskriditkan Islam.”

Intisarinya, mereka menganggap Atheisme dan logika adalah sebuah Ijtihad (aktif) sedangkan keimanan disamakan dengan Jumud (pasif). Padahal tuduhan tadi sekaligus dijawab Al Quran 41:53 :

Akan segera Kami perlihatkan bukti-bukti Kami dalami segenap penjuru alam. Dan dalam diri mereka sendiri hingga ternyata bagi mereka bahwa inilah kebenaran itu. Belum cukupkah bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segalanya…

Belum cukup, pembelaan senada soal Ijtihad dan Jumud ini dilakoni Imam Ghazali. Secara filosofis beliau bilang, sebelum menerima paham, seseorang harus membe baskan diri dari segala konsepsi lantas berpikir dan menimbang kembali untuk membuat perbandingan.

Terus Ghazali: “Lalu diberikan argumentasi, diuji dan dianalisis. Dari semua itu Insya Allah, Tuhan akan menuntun kamu pada kesimpulan bahwa Islam itu benar!”

Perjalanan rohani Ghazali, perlu dicontoh untuk menghasilkan keimanan yang tangguh. Pencapaian keimanannya dicapai melalui jalan Ijtihad hinggapribadinya terbebas dari Khilafiah dan terhindar dari hal bersifat Taklid.

Karena Ghazali juga mempraktekkan metode perbandingan, tak salah kalau kita juga membandingkan argumentasi Ghazali dengan ahli lain. Yang pantas komentar Alm. Syaikh Muhammad Mustafa Al Maraghi, rektor Univ. Al-Azhar. Beliau lebih transparan lagi menilai Logika v.s jumud yang sering ditimpakan pada muslimin.

“Metode dakwah berisi ilmu retorika yang dijalankan Rasululloh, sesuai dengan metode ilmiah orang modern sekarang.” Buktinya: Dalam metode ilmiah objek dibebaskan dari prejudice (prasangka), pandangan hidup, kepercayaan yang sudah ada dalam diri (konteksnya penyelidikan). Lantas mulai denganobservasi dan eksperimen. Mengadakan perbandingan sistematis kemudian lahir silogisme berdasar premis tadi.

Jika sudah disimpulkan maka akan dibahas dan dianalisa ulang. Langkah seperti ini diangap runtut pikir terbaik dan belum ditemui tandingannya dalam kebebasan berpikir.

Bukan kebetulan, cara inilah yang dipakai Nabi kita ratusan tahun yang lalu., Bukti otentik ada dalam Al Quran yang bilang bahwa rasio harus selalu jadi juru penengah, Sedang dasar ilmu adalah pembuktiannya. Al Quran mengecam sikap menghujat, meniru atas dasar prasangka semata. “Dan bahwa prasangka itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran.. (Q.S 53 :28)”

Mudah-mudahan, gambaran ratusan tahun lalu ini jadi acuan kembali logika muslimin. Tak lagi menghujat, menuduh atas dasar prasangka, tapi berpikir cerdas dan banyak merenung. Insya Allah....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun