Indonesia yang beriklim tropis mempunyai dua musim. Kedua musim itu berlangsung silih berganti dalam satu tahun. Angin musim barat telah membawa titik-titik air dan menurunkannya sebagai hujan di banyak kawasan barat Indonesia.
Sementara angin musim timur tidak banyak membawa hujan, karena berasal dari Benua Australia yang kering dan akibatnya terjadilah musim kemarau. Yang kita masih ingat musim penghujan di Indonesia “biasanya” terjadi pada bulan-bulan yang akhirannya -ber (baca : september, oktober, november dan desember), tetapi sepertinya tahun 2019 dan 2020 ini terjadi mulai oktober ini sampai perkiraan bulan april 2021 dan musim kemarau terjadi bulan april sampai oktober 2021 nanti, ini hanya prediksi manusia saja dan hanya Tuhan saja Yang Maha Tahu.
Di antara musim penghujan dan musim kemarau ini terdapat musim pancaroba ditandai angin yang berubah-ubah arah dan selama ini materi pelajaran yang sangat penting ini kebanyakan hanya disampaikan pada tingkat kognitif atau hanya sedikit sampai ke tingkat afektif apalagi sampai tingkat psikomotorik. Materi pembelajaran itu sebenarnya merupakan bekal pengetahuan yang sangat penting untuk kehidupan.
Pengetahuan ini telah kita miliki sejak lama sekali, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan ini masih sampai pada tingkat pengetahuan belaka, belum beranjak kepada tingkat pembentukan kesadaran.
Apa sebenarnya hujan itu, lalu bagaimana terjadinya hujan, kapan terjadinya musim penghujan, apa dampak posistif dan negatif yang ditimbulkan dari hujan, semuanya memang hanya sekadar menjadi pengetahuan. Metode dan strategi pembelajaran di sekolah kita sekarang harus Contextual teaching and learning (CTL) agar hasil belajar kita kaya dengan teori dan konsep serta perkaya dengan praktik dan pemecahan masalah, jadikan pengalaman yang mencerdaskan dan bermakna bagi anak didik kita.
Ketika musim hujan mulai maka sepatutnyalah kita bersyukur akan keberadaan hujan yang mengguyur bumi kita, walaupun ada saja duka yang akan kita rasakan saat hujan turun. Tapi tentunya, kendala yang akan kita temui saat hujan turun tidak akan menyurutkan semangat kita untuk tetap bersyukur.
Hujan sudah turun hampir di seluruh wilayah, oleh karena itu dibutuhkan kewaspadaan serta langkah antisipasi khususnya oleh seluruh sekolah agar hal buruk tidak terjadi atau adanya langkah pencegahan sejak dini akibat datangnya musim penghujan ini. Hal yang sering terlupakan keberadaan selokan dan parit di sekolah kita yang dapat menyebabkan banjir untuk segera dibenahi sehingga aliran air yang tersumbat dapat berjalan lancar, genting yang bocor untuk segera dibetulkan dengan melibatkan para tenaga (penjaga) kebersihan yang ada di sekolah.
Mungkin hal-hal ini terkadang sekolah “lupa” melakukan pemeliharaan, namun saat ini wajib dilakukan menjelang musim hujan. Cek posisi genteng ( jika bangunan masih pakai genteng) seluruh ruang sekolah kita. Posisi genteng yang berantakan dapat menjadi penyebab utama kebocoran di musim hujan. Tidak menjamin bangunan sekolah terbilang baru, tetap lakukan pengecekan dan biasanya genteng dapat bergeser karena banyak hal, seperti oleh angin atau hewan yang melewati genteng atau atap bangunan sekolah kita.
Jika terdapat saluran air dan terdapat sumbatan endapan lumpur dan sampah segera bersihkan karena dapat menghambat laju air yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir. Bersihkan saluran air di sekolah secara berkala, setidaknya dua minggu sekali menjelang musim penghujan agar daya tampungnya maksimal.
Hal lain yang perlu digalakan dan di booming-kan lagi “program biopori”, yaitu pembuatan lubang penyerapan air hasil karya anak bangsa sendiri, Ir. Kamir R. Brata, MS, ahli ilmu tanah dari Institut Pertanian Bogor serta memulai program penanaman seribu pohon di sekolah dan sekitar lingkungan sekolah kita serta di tempat umum yang memungkinkan ditanam pohon atau di simpan/dilempar biji-biji tanaman yang semua ini merupakan program pembangunan yang berwawasan lingkungan apalagi semua program ini sudah ada intruksinya dari para stakeholder kita.