Mohon tunggu...
Isaura Izzah
Isaura Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pendampingan Edukasi Gender dan Seksualitas sebagai Upaya Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja

6 Januari 2025   20:22 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:22 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil evaluasi sebuah pengabdian masyarakat di Kelurahan Warungboto berupa pelatihan dengan pendekatan partisipatif yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja mengenai permasalahan gender dan seksualitas. Pengabdian ini dipicu karena kurangnya pemahaman terhadap isu gender dan seksualitas, serta masih tingginya persepsi negatif pada bahasan seksualitas yang dianggap hanya sebatas perilaku seksual saja, sehingga menyebabkan naiknya angka kehamilan tidak diinginkan. Metode yang digunakan oleh penelitian ini meliputi edukasi kesehatan, studi kasus, dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan di kalangan remaja di Kelurahan Warungboto berdasarkan uji statistik (p-value=0.000). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan program pengabdian masyarakat ini telah tercapai, yang dibuktikan dengan perubahan skor tingkat pengetahuan peserta, yaitu skor rata-rata pre-test sebesar 7.39 yang meningkat menjadi 8.57.
Kata Kunci: Gender, Isu Seksualitas, Pengabdian Masyarakat, Kurangnya Pemahaman, Remaja.
 
Pendahuluan
Anak yang mendapatkan pendidikan seksual yang baik akan memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai seksualitas (D. A. Lestari & Awaru, 2020). Topik seksualitas masih menjadi masalah di kalangan remaja, di mana seksualitas sering dipahami sebagai hubungan intim. Tanpa disadari, pandangan ini muncul akibat kurangnya pendidikan seksual yang lengkap dalam pola pengasuhan keluarga. Banyak orang tua yang cenderung menahan informasi tentang seksualitas untuk anak.
Sebaiknya, orang tua memberikan pemahaman yang lebih luas kepada anak bahwa seksualitas mencakup berbagai hal, seperti pemahaman tentang organ reproduksi secara biologis, fisiologis, dan fungsi hormonal, pemahaman mengenai gender dan seksualitas, keinginan seksual, komunikasi tentang seksualitas, sumber rangsangan seksual, pemahaman tentang masa pubertas, seksualitas pada anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut, hak anak, orientasi seksual, faktor genetik dalam seksualitas, kejahatan seksual dan hukum terkait, serta kebijakan publik mengenai aspek seksualitas masyarakat, termasuk kesetaraan gender.
Edukasi kesehatan dan studi kasus sebagai langkah awal dalam memahami isu permasalahan gender dan seksualitas remaja melalui perubahan sudut pandang remaja mengenai isu tersebut. Sebanyak 24 remaja yang tergabung dalam Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) Haning Wito dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Warungboto, mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan antusias. Kegiatan serupa perlu dilakukan secara berkala dan berkelanjutan, agar meminimalisir masalah dalam kehidupan remaja dimasa mendatang, khususnya dalam upaya penyiapan kehidupan berkeluarga pada remaja.
 
 
Tatanan Teknik Pengasuhan Anak
Dari sisi biologis, laki-laki dan perempuan sudah jelas memiliki perbedaan. Namun jelas perbedaan tersebut tidak dapat dihindari. Yang perlu dicegah adalah ketika perbedaan tersebut memiliki indikasi terjadinya masalah terutama dalam ketidakadilan. Teknik pengasuhan anak yang benar tentu memiliki pengaruh terhadap seberapa besar indikasi masalah dari perbedaan tersebut akan terjadi. Sebagai contoh, anak laki-laki cenderung dianggap memiliki arti yang berkaitan dengan martabat, perlindungan, dan harapan keluarga untuk masa depan. Sementara itu, anak perempuan dianggap lebih terkait dengan kepraktisan, seringkali diarahkan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Pola pengasuhan ini tidaklah salah, namun dapat menimbulkan masalah jika peran yang diajarkan menempatkan salah satu jenis kelamin (baik perempuan maupun laki-laki) pada posisi yang merugikan. Sebagai contoh, anak laki-laki dianggap lemah atau "banci" jika tidak menunjukkan sikap tegas dan karakter yang kuat. Di sisi lain, anak perempuan dianggap "tomboi" jika memiliki sikap berani dan penampilan seperti laki-laki, seperti memiliki rambut pendek.
 
Kekerasan dalam Berpacaran
Kekerasan dalam pacaran berupa fisik dan psikis serta seksual hingga ekonomi dialami oleh hampir seluruh remaja yang terlibat dalam hubungan pacaran. Studi mengungkapkan bahwa ketika berada dalam sebuah hubungan pacaran, remaja pernah mengalami kekerasan dalam bentuk fisik (8%), psikis (100%), seksual (10%), dan ekonomi (13%). Beberapa bentuk kekerasan yang diterima dalam hubungan berpacaran:
1. Kekerasan Fisik:
Menerima pukulan, tamparan, jambakan pada rambut, dan dilempar sebuah barang oleh pacar.
2. Kekerasan Psikis:
Menerima pukulan, tamparan, jambakan pada rambut, dan dilempar sebuah barang oleh pacar.
3. Kekerasan Seksual:
Dipaksa untuk berciuman, menyentuh bagian tubuh, serta dipaksa untuk melakukan hubungan seksual.
4. Kekerasan Ekonomi:
Memaksa pasangannya untuk memenuhi segala kebutuhan.
 
 
Permasalahan Kekerasan Berpacaran yang Dialami oleh Remaja di Kelurahan Warungboto
Hasil analisis situasi di Kelurahan tersebut menunjukkan bahwa remaja belum benar-benar memahami konsep gender dan seksualitas, sehingga menghasilkan masalah-masalah di bawah ini:
1. Sering muncul perasaan tidak percaya diri karena peran gender dalam konstruksi sosial
2. Perempuan berada posisi yang kurang menguntungkan, misalnya tidak memiliki posisi tawar sehingga lebih mudah disakiti oleh pihak laki-laki
3. Meningkatnya angka kehamilan tidak diinginkan selama masa pandemi Covid-19
4. Mudah terjebak pada hubungan pertemanan atau pacaran yang tidak sehat (toxic relationship)
 
Solusi Permasalahan Gender dan Seksualitas yang Dialami oleh Remaja di Kelurahan Warungboto
1. Bentuk Kegiatan:
Kegiatan berbasis masyarakat dengan kelompok sasaran yaitu remaja di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan berupa edukasi mengenai konsep gender dan seksualitas pada remaja.
2. Tujuan dan Manfaat:
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja mengenai isu gender dan seksualitas yang sangat dekat sekali dengan kehidupan para remaja.
3. Dampak:
Kasus-kasus yang berkaitan dengan gender dan seksualitas pada remaja dapat diminimalisir dengan baik.
 
 
 
 
Kajian Pustaka dan Pembahasan
Untuk mengetahui ketercapaian indikator keberhasilan edukasi gender dan seksualitas yang dilakukan terhadap para remaja, dilakukan pengujian secara statistik terhadap jawaban-jawaban peserta. Pengukuran terhadap jawaban peserta mengenai materi permasalahan gender dan seksualitas remaja dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan setelah diberikan materi. Apabila dilihat dari nilai pre-test dan post-test setiap peserta, didapatkan hasil yang cukup baik. Sebanyak 18 peserta mengalami kenaikan pada nilai post-test. Sedangkan yang tidak mengalami kenaikan atau memiliki nilai yang tetap sebanyak 3 peserta. Walaupun hasil nilai post-test tidak mengalami kenaikan namun berada rentang nilai yang bagus, yaitu nilai 8 dan nilai 9 pada nilai pre-test dan post-test. Namun demikian, terdapat pula sebanyak 2 peserta yang mengalami penurunan pada nilai post-test. Berdasarkan data tersebut, setiap jenis bentuk edukasi serta pertanyaan yang diberikan mengalami peningkatan yang baik, karena pemahaman para remaja mengenai gender dan seksualitas pun meningkat setelah edukasi kesehatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa tujuan kegiatan pengabdian masyarakat tercapai dengan baik, dibuktikan dengan ketercapaian indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Tingkat kesiapan masing-masing remaja untuk menerima informasi berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh gender dan kematangan fisiologis. Pendidikan seksualitas yang komprehensif meliputi informasi tentang semua hal yang berkaitan dengan seksualitas dan ekspresinya, antara lain, hubungan, sikap terhadap seksualitas, peran seksual, hubungan gender, tekanan sosial untuk aktif secara seksual, kontrasepsi, infeksi menular seksual, gender, dan orientasi seksual.
Kesimpulan
Tujuan dari kegiatan ini telah tercapai dengan menggunakan metode edukasi kesehatan, studi kasus, dan evaluasi. Keberhasilan kegiatan tersebut terbukti dengan peningkatan pengetahuan remaja tentang isu gender dan seksualitas setelah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat.
Banyak komunitas di Kelurahan Warungboto berperan sebagai wadah perkumpulan remaja di Kelurahan Warungboto, mulai dapat mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatannya, terutama dalam penanggulangan berbagai masalah kesehatan remaja. Pengaktifan kembali dapat berupa stimulasi pengetahuan dengan mengundang pakar atau ahli melalui media WhatsApp grup yang telah dimiliki oleh remaja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun