Setiap akhir tahun setelah pembagian rapor sekolah, kami sekeluarga berlibur ke Sukabumi. Sukabumi kebetulan istriku orang Sukabumi yang lahir dan tumbuh di sana. Anak-anakku juga menikmati kenangan bersama di Sukabumi. Anakku yang besar kesayangan nini yati (Nenek Yati) panggilan yang akrab sekarang sudah Almarhum. Begitu juga dengan anak keduaku yang perempuan juga sangat di sayang. Ketika mereka masih kecil suka di belikan mainan seperti congklak main jaman dahulu yang berisi alat permainan yang selalu di mainkan harus berdua. Bila tidak ada kawannya untuk bermain, nini yati selalu memanggil teman sebaya anak tetangga namanya Usan, Usan ini selalu di panggil untuk menemani bermain congklak selesai bermain di beri upah sebesar 50 rupiah cukup untuk membeli bakso, ketika itu masih laku uang 50 rupiah.
Anak lelakiku juga sering bermain dipinggir rumah dan di temani sama Eni, sekarang mereka sudah pada berkeluarga. Pinggir rumah yang dulu terlihat rapih sekarang beserta rumahnya sudah rata dengan tanah karena rumah itu tak terawat sepeninggal nini yati. Selain sudah termakan usia dan berbahaya bagi penghuninya karena sudah pada rapuh, akhirnya adik ipar ku memutuskan untuk di ratakan dan di tinggalkan satu kamar untuk menyimpan barang-barang penuh kenangan rumah itu.
Sekitar tahun 1990 saya menikah dengan istriku yang asli dan besar di Sukabumi, jadi sudah 35 tahun membangun rumah tangga, semoga selalu bersama hingga jasad memisahkan. Setiap tahun saya yang tinggal di Tangerang harus berlibur ke Sukabumi, dulu ke Sukabumi harus lewat Parung menaiki bus kecil dan turun di Bogor, lalu ada Arimbi dan naik Bus Arimbi turun di terminal Sukabumi, dari terminal masih dua kali naik Angkot untuk sampai di rumah Jalan Pemuda.
Kenangan naik bus ke Sukabumi dalam perjalanan anakku yang laki-laki teriak-teriak "lapar-lapar" maklum anak kecil tidak tahu tempat, akhirnya saya turun dahulu untuk membeli nasi bungkus disela-sela bus berhenti di terminal. Begitulah setiap tahun harus silatuhrahmi ke Sukabumi. Sekarang di Sukabumi ada Adik istriku yang membangun rumah tidak jauh dari rumah dulu. Kalau berlibur menginapnya di Rumah Adik iparku.
Berlibur beberapa hari di Sukabumi selalu meninggalkan kenangan masa lalu. Rindu dengan kulinernya, rindu dengan bacang si Ajuh dan makanan lainnya. Sekarang ada bakso presmanan yang makan sekenyangnya dengan harga 20k, tetapi bila tidak habis kena denda. Masih ada moci has Sukabumi yang bermacam-macam variannya. Lapangan Merdekanya sekarang sudah tertata rapih, banyak masyarakat yang berolahraga atau sekedar cuci mata di Lapangan Merdeka. Lapangan Merdeka memberikan rejeki bagi para pedagang karena di mana banyak orang pasti orang tersebut butuh untuk minum dan jajan.
Begitulah perjalanan ke Sukabumi walau singkat masih memberikan kesan rindu yang tidak akan hilang dalam kenangan. Sukabumi Kota Kecil tetapi padat penduduknya, banyak yang bekerja di Jakarta atau Bandung untuk mencari rezeki. Sukabumi kota yang dingin tetapi tidak sedingin di Puncak, cocoklah bila ingin memiliki rumah di Sukabumi untuk beristirahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H