RSPAD, Rabu, 11 September 2019 pukul 18.05 Â beliau telah di panggil Yang Maha Kuasa. Indonesia kehilangan putra terbaik bangsa sebagai Bapak Demokrasi dan banyak gelar yang melekat di dalam perjuangan selama hidupnya. Kisah cintanya dengan Ibu Ainun memberikan inspirasi kepada masyarakat seluruh Indonesia.Â
Kisahnya telah di buat dalam bentuk buku dan telah di film kan. Sebagai manusia biasa beliau selalu memberikan perhatian bagi kemajuan Sumber Daya Manusia agar memiliki daya saing demi kemajuan sebuah bangsa, dengan memiliki SDM yang handal negeri ini akan memiliki daya saing yang kuat untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Sebagai Presiden Republik Indonesia ke 3 di tengah negara yang sedang menghadapi krisis dan tekanan mahasiswa yang menuntut penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN beliau hampir setiap hari harus berpikir untuk mengatasi negeri ini dari kebangkrutan.Â
Harga barang kebutuhan dasar meningkat naik sehingga rakyat tidak sanggup untuk membeli kebutuhan pokoknya seperti susu dan sembako. Rupiah melemah ke jurang yang paling dalam mencapai Rp 17.ooo per dolarnya, namun beliau dapat menekan sampai ke Rp. 6.000, suatu pencapaiaan yang luar biasa dan tidak pernah tersentuh lagi oleh Presiden-Presiden berikutnya termasuk Presiden sekarang Bpk. Jokowi, artinya pencapaian itu tidak lain dari kegigihan beliau dalam memperbaiki ekonomi Negara.
Dengan kondisi ini beliau tidak memikirkan lagi perjuangan beliau yang selama 25 tahun dalam mengembangkan teknologi Indonesia tidak pernah terpikirkan lagi, tetapi beliau fokus pada kesejahteraan rakyatnya. Pesawat Gatot Kaca N250 sebagai hasil karyanya oleh ahli ekonomi di pelesetkan sebagai pesawat tetuko, "sing tuku ora teko, sing teko ora tuku"(yang membeli tidak datang dan yang datang tidak membeli).Â
Hal ini merupakan kecemburuan beberapa tokoh Indonesia yang cemburu pada kedekatan Habibie dengan Presdien Soeharto ketika itu. Proyek mercusuar yang di canangkan oleh Beliau merupakan proyek yang menghamburkan anggaran negara. Memang ketika itu PNS di negeri ini pernah di minta membeli saham sebesar Rp. 5.000 untuk membiayayai IPTN.Â
Sebagai Presiden tentunya beliau bisa langsung untuk melanjutkan proyek Pesawat terbang tersebut, namun beliau tidak melanjutkan karena alasannya ketika di wawancara oleh salah satu TV Nasional beliau mengatakan bagaimana sudah mati bisa hidup kembai, sambil berkaca-kaca.
Dalam kepemimpinan beliau sebagai Presiden ke 3, beliau hampir berpikir sendiri seperti lepasnya Timor-Timur dari negeri tercinta Indonesia tidak terlepas dari pemikiran beliau, yang menurut beliau agar persoalan Timor-Timur memiliki kejelasan status, walau hasil dari jejak pendapat banyak mengecewakan warga Timor-Timur, itulah politik.
Sebenarnya beliau bisa melanjutkan kepemimpinan beliau sampai sisa jabatan lima tahun kedepan yaitu sampai tahun 2003, tetapi beliau tidak mengambil kesempatan itu, bahkan mengajukan Pemilu dipercepat dengan multi Partai pada tahun 1999, bahkan beliau pernah di teriaki huuu huuu oleh Anggota Dewan yang terhormat ketika menyampaikan Pidato Pertanggung Jawaban di hadapan Sidang MPR.Â
Sidang itu merupakan balas dendam kepada beliau untuk menjegal pencalonan beliau untuk periode berikutnya. Namun Laporan Pertanggungjawaban beliau di tolak oleh MPR, jasa yang membuat demokrasi berjalan di negeri ini tidak ada nilainya, penurunan nilai Dolar tidak dijadikan penilaian oleh Anggota Dewan yang terhormat, ini merupakan sidang yang memalukan dan tidak ada etika sebagai bangsa timur.
Saat ini beliau telah kembali kepangkuan ibu pertiwi, persada nusantara menerima dengan tangisan haru dari seluruh Rakyat Indonesia yang menangisi kepergian beliau, selamat jalan Bapak Teknologi Indonesia, selamat jalan Eyang dan selamat jalan Presiden ke-3 Republik Indonesia semoga nilai-nilai perjuangan beliau menjadi inspirasi bagi rakyat Indonesia, semangat mu tidak pernah kendur Eyang. (IDT)