Tahun 2018 merupakan tahun tersibuk buat ku. Bagai mana tidak kedua anak ku menikah di tahun yang sama. Aku mimiliki dua anak yang pertama putera dan yang kedua putri. Anak ku yang pertama  lelaki sudah lama memiliki pasangan atau pacar lah sebut saja bergitu, begitu cintanya dia rela mengorbanakan kuliah yang bagus di IPB s2 jurusan Manajemen, aku sangat senang dia bisa berkuliah di sana, aku carikan tempat kos yang aman untuk belajar, namun fokusnya kurang karena sering pulang dari bogor ke tangerang hanya untuk hal yang tidak perlu.Â
Karena sistem kuliah di IPB sistem gugur, yang bila nilai kurang dari 3,0 harus rela meninggalkan IPB ketika itu juga. Nah anaku termasuk yang kurang karena dua mata kuliah nilai nya B dan yang satunya nilai C plus. tidak perlu di paksa kan toh Allah sudah menentukan nasib kita masing-masing.Â
Karena melihat anak sulungku sering menjemput kekasih nya yang bekerja sampai malam, aku merasa tidak enak pada orang tua nya, maka  kuputuskan untuk bersilaturahmi dengan orang tua dari pacar anakku. tidak lama ada sebuah keputusan. Hanya menurut adat dan nasehat dari kakenya bahwa dalam satu tahun tidak boleh menikahkan dua puteranya maka anaku yang pertama tidak dapat melaksanakan pernikahan secara cepat di awal bulan januari 2018, harus di undur sampai bulan September 2018.Â
Akhirnya ade nya yang perempuan sudah memiliki pasangan nya juga, tampa pikir panjang ku tanya calon menantu bisa  ga kalau menikah lebih dahulu, tapi ajak dulu orang tuanya untuk berkenalan. Tidak beberapa lama pihak keluarga dari calon menantu datang bersilaturahmi ke rumah, tidak banyak yang di bicarakan, karena sudah saling mengenal maka diputuskan pada bulan April 2018 Anakku yang kedua menikah.
Dalam masa penantian hari H banyak pikiran yang terus menghantui, bagai mana dengan undangan, tempat pesta, akad nikah dan lain-lain. Hanya karena berserah diri kepada Allah SWT semua itu berjalan lancar. Sebagai orang tua yang menjadi Wali tentu harus fokus tidak grasa-grusu. Sedih juga ketika Amil dari KUA memberikan permohonan anaku meminta izin kepada orang tua untuk di nikahkan kepada pria pujaannnya. Melepas seorang anak untuk mengarungi bahtera rumah tangga merupakan hal yang baru buat ku karena bagaimana cerita masa kecilnya masih dalam ingatan.
Pernikahan anak perempuan ku berlangsung di gedung  pesta Bambu Oju, kurang lebih sekitar 400 undangan di sebar, hanya teman kerja yang di undang  untuk memberikan doa restu dan teman-teman organisasi, jadi tidak begitu banyak teman yang di undang mohon maaf bila da teman yang tidak sempat kami undang.
Selanjutnya anakku yang lelaki menunggu waktu sekitar lima bulan lagi untuk merajut tali kasih dengan pacarnya. Aku melihat keseriusan dalam dirinya dia rela tidak jajan dan menabung untuk keperluan biaya kawin dan lain-lain. Alhamdulillah semua itu berjalan lancar, sampai dipelaminan. Pernikahan nya dilansungkan di sebuah Masjid Kp. Melayu, terharu juga melihat anak lelaki, Dia harus menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab dengan  istrinya. Sebenarnya dari segi penghasilannya Aku belum rela dia menikah, tetapi karena hubungannya sudah terlalu dekat dan untuk menghilangkan fitnah dari warga masyarakat lain, ku putuskan untuk menikahkannya, Karena Janji Allah SWT akan menjamin rejekinya kepada manusia yang  siap menikah, asal manusia tersebut bertaqwa kepadaKu.
Di tahun ini bukan hanya anakku yang menikah, tetapi keponakan anak dari kakak-kakau menikah di tahun yang sama, walupun bulannya berbeda tetapi tahunnya di Tahun 2018. Jadi tahun ini memang tahun yang sibuk, begitulah ketika anak-anakku menikah lepas lah tanggung jawab sebagai orang tua yang membesarkan, menyekolahkan serta menikahkannya. Mudah-mudahan kedua anakku di berikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah dari Allah SWT serta di berikan kebahagiaan dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H