Mohon tunggu...
Isar Dasuki Tasim
Isar Dasuki Tasim Mohon Tunggu... Administrasi - Profil sudah sesuai dengan data.

Sebagai Guru SMA yang bertugas sejak tahun 1989 di Teluknaga Tangerang. "berbagi semoga bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Matematika

9 April 2018   22:07 Diperbarui: 9 April 2018   22:27 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sari sudah belajar matematika" tanya ibunya. "Matematika itu harus tekun dilatih mengerjakan soal latihan, agar terbiasa dengan soal-soal matematika". Kata Ibunya. "Ya bu, sari sudah mencoba berusaha supaya bisa memahami pelajaran matematika". Sari bergegas menuju kamarnya.

Pagi-pagi Sari sudah berangkat kesekolah. Jam pelajaran pertama Pa Heru sudah masuk ke kelas. Seperti biasa Pa Heru membuka pelajaran matematika dengan senyum yang ramah. Pelajaran matematika tentang memfaktorkan persamaan kuadrat. Pa Heru begitu enak di pelajari, tetapi Sari masih perlu dua tigakali untuk mengulang latihan soal tentang memfaktorkan persamaan kuadrat. 

Berulang ulang mencoba mengerjakan latihan soal, selalu mentok tidak terpecahkan. Akhirnya yang ada di pikirannya hanya marah pada diri sendiri, kenapa susah  sambil berguman di dalam dirinya. Sari mencoret buku latihan matematika dengan kata-kata yang kurang  baik, sementara Pa Heru yang sedang melihat hasil latihan teman yang lain, berjalan menuju tepat disamping Sari, dan melihat apa yang di tuliskan Sari.

Sambil keheranan, Pak Heru mengambil buku latihan Sari dan memperlihatkan kepada teman-teman yang lain apa yang di lakukan Sari. "Lihat  nih apa yang dilakukan Sari bukan mengerjakan soal latihan malah menulis yang bukan-bukan". Sari tertunduk, sambil marah pada diri sendiri dan betekad akan mempelajari latihan soal matematika untuk membuktikan pada Pak Heru bahwa Sari bisa mengerjakan soal latihan.

Kejadian itu membuat Sari malu pada teman-temannya. Tapi pada pelajaran berikutnya Sari memperlihatkan kemampuan mengerjakan soal di depan teman-teman di kelasnya dan Pak Heru manggut-manggut menandakan bahwa Sari telah dengan sempurna mengerjakan soal matematika. Begitu seterusnya, sehingga Sari tidak ragu lagi dalam mengerjakan soal matematika. Setiap ada soal latihan teman-teman suka menunjuk Sari untuk mengerjakan di depan kelas.

Matematika memang pelajaran yang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Pelajaran konsep yang harus di buktikan, bukan hanya sekedar hitung menghitung tetapi konsepnya harus di pahami. Setiap pelajaran matematika Sari tidak pernah ketinggalan memperhatikan penjelasan gurunya. Sari selalu duduk paling depan agar mudah memahami konsep-konsep yang di sampaikan oleh guru.

Dari kelas satu SMP sampai kelas 3 SMP, Sari di ajarkan matematika oleh Guru yang sama yaitu Pak Heru. Pak Heru selalu berpakaian rapih dan memberikan materi pelajaran Matematika dengan cara yang menyenangkan, tulisannya begitu rapih dan mudah di baca. Setiap latihan soal seluruh muridnya diperhatikan dan dibimbing.

Pernah suatu ketika sehabis ulangan harian atau evaluasi belajar, Pak Heru memberikan penilaian dan memanggil muridnya satu persatu, sementara yang lain mengerjakan soal latihan.

Pada giliran Sari yang dipanggil, "Sari !", panggil Pa Heru, Sari bergegas ke depan dan dipersilahkan duduk oleh Pak Heru, "Sari, belajar ga semalam" Sari bingung menjawab dan memjawab "tidak", "yang bener"  Pa Heru sambil tersenyum dan memberikan hasil ulangan harian kepada Sari. Setelah Sari melihat hasilnya ternyata nilainya 100, suatu nilai sempurna dalam pelajaran matematika.

Sejak saat itu nilai matematika Sari tidak pernah di bawah 8, selalu 9 atau sepuluh nilai sempurna. Ternyata matematika bila dipelajari dengan sungguh-sungguh pasti bisa, karena hanya konsep-konsep matematika. Jaman sekarang sangat mudah mencari refrensi tentang matematika, maka jangan takut lagi belajar matematika. (IDT).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun