Banyak sudah infrastruktur yang telah di resmikan oleh Presiden Jokowi, mulai dari bangunan pabrik, bandara, sampai ke jalan tol luar jawa. Tol Sumatera telah diresmikan beberapa minggu yang lalu. Negeri ini memang masih terbelakang dalam pembangunan infrastruktur, tapi bukan berarti presiden sebelumnya tidak membangun. Banyak juga yang telah dilakukan oleh Presiden Pertama Ir. Soekarno, beliau meletakan dasar pembangunan dengan memberikan kesan yang luar biasa, seperti Gelora Bung Karno, Tugu Monas serta banyak lagi tugu-tugu yang ada di Jakarta yang merupakan inisiasi pada jaman Presiden Soekarno.Â
Pembangunan di era beliau menimbulkan iri dari sebagian rakyat Indonesia yang berada di luar pulau jawa,ini dengan ketimbangpan pembangunan jawa dan luar jawa, sehingga menimbulkan pemberontakan dari sebagian rakyat Indonesia dengan menamakan dirinya sebagai PRRI, cukuplama Presiden Ir. Soekarn untuk menghentikan perlawanan mereka hingga akhirnya mereka yang berontak di panggil kembali kepoangkuan ibu pertiwi, selesai sudah pemberontakan PRRI di jaman itu.
Presiden Kedua H. Muhammad Soeharto dengan gelar Bapak Pembangunan, telah melakukan pembangunan dengan merencanakan sesuai dengan Repelita. Repelita sesuai dengan singkatannya disusun dan direncanakan setiap lima tahun sekali mulai dari pembangunan industry pertanian sampai era tinggal landas. Namun sebelum era tinggal landas beliau di turunkan oleh era reformasi yang menghendaki beliau berhenti dari jabatan sebagai presiden. Berhentinya Presiden Soeharto, karena rakyat menghendaki beliau berhenti.Â
Gelombang unjuk rasa yang di pelopori oleh mahasiswa yang mengepung gedung DPR/MPR. Tokoh Nasional banyak yang berkumpul di sekitar Gedung DPR/MPR untuk mendukung gerakan reformasi sebut saja sebagai fakta sejarah dan tokoh Reformasi Bapak Prof. Amin Rais dan tokoh-tokoh lainnya. Bahkan menteri-menteri yang di angkat oleh beliau ikut mengundurkan diri, ada sekitar 14 meteri yang mengundurkan diri dari jabatan sebagai pembantu presiden, dan pada tanggl 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti, tapi pembangunan beliau sudah banyak dilakukan.
Peralihan dari Presiden Soeharto kepada Presiden BJ Habibie hampir tidak dapat dilaksanakan, karena beliau Presiden Soeharto seperti ragu memberikan jabatan Presiden kepada Wakilnya, yaitu Bapak Habibie, hal ini diceritakan karena Pak Harto pernah mengajukan untuk memberikan jabatan kepada Presidium yang di jabat oleh beberapa menteri, tetapi sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 8 sebelum amandeman yang berbunyi "Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa jabatan ia diganti oleh wakil Presiden sampai habis waktunya", akhirnya di hadapan para undangan termasuk BJ Habibie mendengarkan pidato pernyataan berhenti dari jabatan presiden dan menyerahkan jabatan Presiden kepada BJ Habibie seorang teknokrat sejati.Â
Presiden BJ Habibie menjabat kurang lebih satu tahun untuk membenahi masa repformasi yang hampir membangkrutan keuangan Negara dimana devisa semakin berkurang dan rupiah terjun bebas dari Rp. 2000 hingga mencapai hampir menyentuh Rp. 18.000,- per dolar AS disinilah paerjuangan Presiedn BJ Habibie untuk menurunkan Dolar menjadi Rp. 6.000,-/Dolar AS.Â
Pada masa Presiden Habibie lah, provinsi terbaru Timor-Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi melalui referendum untuk menentukan nasibnya sendiri dan pada tahun 1999 Povinsi baru tersebut menjadi Negara termuda yang memiliki kedaulatan sendiri setelah lebih dari 24 tahun mengintegrasikan ke Republik Indonesia, sebagian dari perjalanan bangsa yang memilukan bagi para pejuang seroja.
Presiden Habibie melakukan perubahan besar-besaran sistem kenegaraan kita di mana pemilu di mulai dengan banyak partai, ada 42 partai yang ikut dalam pemilu 1999 dan pada saat itu terpilih Bapak Reformasi kita sebagai ketua MPR dan mengalami perubahan UUD 1945 sebanyak 4 kali. Dan terpilihnya presiden ke 4 Bapak Gusdur panggilan akrab dari KH. Abdurahman Wahid yang diusulkan melalu poros tengah yang di komandoi oleh Bapak Amien Rais yang merontokan kekuatan Golkar dan PDIP sebagai pemenang pemilu 1999 namun melalui Sidang Istimewa juga KH Abdulrahman Wahid dilengserkan oleh poros tengah dan Ibu Megawati terpilih menjadi Presiden yang  di dampingi oleh tokoh PPP Hamzah Haz sebagai wakil Presiden.
Masa Presiden Gusdur hampir tidak ada pembangunan karena di sibukan dengan kondisi dalam negeri yang masih belum stabil. Begitupun pada masa Presiden Megawati terasa negeri ini seperti mau bangkrut, hal ini disebabkan aset nasional terjual seperti Indosat yang sampai saat ini tidak bisa kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Masa Presiden SBY yang terpilih melalui pesta demokrasi PEMILU Presiden tahun 2004 berpasangan dengan Jusuf Kala dan dipilih langsung rakyat Indonesia sebagai pemilih. Masa jabatan 2004-2009 Presiden SBY memiliki wibawa, dengan penampilan yang kalem memberikan suasana yang sejuk dari kehidupan politik negeri ini. Presiden SBY menjabat selama dua periode dan menghasilkan infra struktur yang banyak sebut saja tol laut di bali, jalan layang kelok 9 di padang dan lain-lain, Presiden SBY berusaha mengurangi hutang luar negeri bahkan melunasi hutang luar negeri pada masa jabatannya. Walaupun pada masa Presiden SBY di penuhi dengan protes dari lawan politiknya, beliau tetap memberi ruang kepada para demonstran untuk menyampaikan pendapatnya.
Pada presiden yang ke tujuh terpilih Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kala. Presiden yang baru dua tahun menjabat sebagai Gubernur DKI berhasil memukau rakyat dan mengalahkan Prabowo yang diusung oleh Partai Gerinda serta Partai lainnya. Jokowi yang berpenampilan sederhana menghipnotis rakyat dan terpilih menjadi presiden ke tujuh. Pada masa jabatannya, beliu berusaha membangun negeri ini melalui pesisir Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan. Papua. Dengan semboyan bagai mana Indonesia bisa memindahkan orang dengan cepat agar tidak terhambat oleh waktu, seperti kereta api cepat Jakarta -- Surabaya, Jakarta - Bandung serta membangun jalan tol lintas pulau jawa, bagai mana caranya Jakarta - Surabaya dapat di capai dengan cepat.Â