Mohon tunggu...
isan dela
isan dela Mohon Tunggu... wiraswasta -

biasa aja...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jiwa yang Hancur

25 Mei 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:04 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekebun cinta telah berbunga, secabang kasih telah terasa…Sesejuk embun pagi yang menetes dan mengalir membasahi rerumputan,Seindah pelangi yang melukis langit kala bumi sejuk dengan air hujan…Begitulah umpama kata-katamu padaku…Dulu kau sangat memikatku dengan kata-kata indah yang selalu kau ucapkan padaku,Dan dengan janji-janji manis yang kau luapkan padaku.Namun kenapa…. Saat aku terbuai dengan semua yang telah kau berikan, engkau merampas dariku dalam sekejap mata, kau membuatku terbakar oleh api cinta, dan kau menghancurkan mahligai cinta yang kubangun dengan susah payah…
Demi Tuhan.... Sungguh diri ini dahulu sangat berharga, dan sungguh air mata ini sangatlah mahal untuk aku teteskan pada seorang wanita.Tapi kenapa… disaat ini air mataku tak henti-hentinya menetes dan mengalir saat kuingat kecurangan dirimu. Mengpa air mata ini sangat murah padamu...
Kau memberikan cinta yang palsu padaku, Yang aku kehilangan adalah cinta yang keluar dari lubuk hatimu... Bodohnya diriku mengenggam erat cinta itu dalam hatiku. Apa aku pernah menyakitimu…?Kasih, jangankan aku berfikir untuk menyakitimu, sehelai rambutmupun tak pernah aku lukai…Kini disaat kau sudah bersamanya, aku hanya bisa memandangi kecurangan warna bunga impianku,Menyesalpun tiada gunanya lagi… aku tak mungkin memilikimu,Karna aku hanya dianggap menyusahkan untuk meraih impianmu, siapalah diriku…Aku sadar diri ini anak orang tak punya, yang mengharapkan cinta dari anak seorang raja,Kau bagaikan merpati yang bisa terbang sesuka hatimu.Sedangkanku, aku bagaikan siput yang berjalan satu langkah saja harus susah payah untuk menjalaninya,Aku yang selalu dilanda gelap dan sunyi, yang hanya bisa tersenyum kala terbit mentari. Aku sadari itu semua…Tapi biarlah… biarlah penyesalan ini yang selalu aku kenang, tanpa kau curangi pun aku akan melepasmu, karna memang itu pilihanmu…Biarlah ini menjadi pelajaran bagi insan yang tak punya, agar tak mengharap lagi dicintai oleh seorang putri... meski dalam lubuk hati terdalam mangadu pada Tuhan…..
" aku juga ingin tuhan... Aku juga ingin mndapatkan yg sprti dia, yang tanpa mmandang kekurangan dan kelebihanku.."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun