Mohon tunggu...
Isah Azizah
Isah Azizah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berusaha baik terus

Ibu rumah tangga yang peduli kebaikan negeri

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Remaja Rayakan Valentine, Krisis Identitas

12 Februari 2022   05:04 Diperbarui: 14 Februari 2022   13:49 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tanggal 14 Februari adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kalangan remaja yang sedang dimabuk virus merah jambu. Moment ini adalah moment tepat bagi menyatakan cinta dan merayakan hari jadi  pacaran.

Seolah mendukung suasana, hampir semua lini ikut gegap gempita merayakannya. Berbagi Market Place (MP) telah menyediakan beraneka paket cantik berupa buket, hampers atau apapun berbau Coklat sebagai lambang kasih sayang.
Para artis pun tak mau ketinggalan moment. Podcast diisi dengan obrolan valentine dan rencana kegiatannya.

Ada satu hal yang perlu diingat tentang orang yang merayakan valentine di Indonesia ini.
Siapakah?
Tentu mayoritas penduduk muslim.
Padahal, jika kita googling tentang valentine ini, dalam Wikipedia dijelaskan bahwa valentine ini adalah budaya agama Kristen. Dikenal dengan beberapa istilah lain yaitu Hari Santo Valentinus dan
Pesta Santo Valentinus jelas bukan budaya Islam.

Remaja tak Mengerti Identitas diri

Pertanyaan besar tentu bergelitik di benak. Mengapa remaja muslim merayakannya? Hal ini terjadi karena lemahnya remaja muslim memahami Identitas dirinya. Siapa dirinya? Apa yang harus dilakukan dan bagaimana bersikap?

Kelemahan ini akibat beberapa faktor. Pertama, kurangnya pendidikan dari orangtua. Kondisi ekonomi yang sulit menuntut orangtua lebih fokus mencari nafkah untuk membiayai hidup, biaya sekolah dan pengobatan bahkan untuk membayar satpam pribadi untuk keamanan. Anak dibiarkan tumbuh dan berkembang liar seadanya. Jadilah remaja yang rapuh, plin-plan dan mudah terpengaruh hal negatif.

Kedua, masyarakat sekitar berupa teman, tetangga dan bahkan keluarga besar bersikap individual. Hanya peduli keluarga inti. Tak mengerti bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seorang individu. Jika tak ada perhatian dari masyarakat sekitar, maka hal-hal negatif tak akan ada yang membendung. Mengalir begitu saja dan merusak sekitar.

Ketiga, negara tidak memberikan regulasi yang baik untuk kualitas SDM yang baik. Peran negara ini merupakan peran terpenting yang akan memberikan efek domino kepada point pertama (peran orangtua) dan point kedua (peran masyarakat). Negara dengan sistem Kapitalisme yang diadopsi di negeri inilah penyebab vital terjadinya krisis identitas di kalangan para remaja. Bahkan Rakyat secara umum. Arah pandangnya mengikuti arah pandang negara.

Paham Islam, Paham Identitas

Dengan memperhatikan tiga penyebab di atas, maka jalan satu-satunya agar remaja muslim tidak terjerumus arus pemahaman yang bukan Islam, berarti menjadikan Islam  sebagai panduan dalam hidupnya.

Menjadikan Islam sebagai pemahaman dan panduan hidup akan menjadikannya memiliki sikap yang tegas terhadapa apa yang harus dan tidak dilakukan. Mereka akan memahami konsekuansi pahala dan dosa yang akan didapatkannya.
Misal terkait valentine ini, kita akan teringat dengan larangan Allah swt dan Rasulullah saw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun