Perluasan volume otak manusia purba dari zaman ke zaman
Dalam kacamata sains, manusia terhitung spesies yang memiliki taksonomi seperti makhluk hidup lainnya. Para ilmuwan telah melakukan berbagai penelitian mengenai asal usul manusia. Seorang peneliti, Richard Leakey, menemukan fosil hominid yang cukup sulit untuk diklasifikasi karena sangat berbeda dengan Australopithecus sehingga diklasifikasikan ke dalam genus yang berbeda. Penemuan tersebut adalah Homo habilis. Homo habilis dianggap sebagai awal dari Homo. Perbedaan yang mencolok terlihat dari segi kapasitas tengkorak yang lebih besar dan struktur gigi geligi yang lebih kecil. Perkembangan hominid lainnya setelah Homo habilis adalah Homo erectus, Homo neanderthal, Homo cro-magnon, dan Homo sapiens. Menurut ilmuwan, manusia modern saat ini merupakan satu-satunya spesies Homo sapien yang masih ada. Munculnya klasifikasi genus homo ini didasari oleh adanya perbedaan secara fisik, terutama kapasitas tengkorak dan struktur gigi.Â
Peneliti menganalisis kapasitas tengkorak untuk menunjukkan perkiraan volume otak manusia purba. Selain melihat perbedaan ciri fisik yang signifikan, para peneliti juga mempertimbangkan pola hidup manusia purba kaitannya dengan interaksi sosial dan kebudayaan. Diduga volume otak mempengaruhi pola hidup manusia purba. Semakin besar volume otak manusia, kecerdasannya semakin tinggi pula. Penelitian yang dilakukan oleh Sukamto dkk (2016) mengenai estimasi volume otak berhubungan dengan prestasi belajar, mendapati adanya korelasi antara volume otak dengan intelegensi. Otak manusia terbentuk atas lipatan-lipatan yang disebut gyrus. Daerah lipatan-lipatan ini berfungsi untuk memperluas cortex yang menjadi pusat logika dan penyimpanan memori. Hal ini memperkuat argumentasi bahwa perkembangan interaksi sosial dan budaya manusia purba yang semakin maju dan kompleks adalah hasil dari evolusi otak manusia. Semakin besar volume otak manusia, semakin dalam pula logikanya sehingga mampu mewujudkan inovasi dan modifikasi baru untuk bertahan hidup menyesuaikan lingkungan.
Homo sapien dikenal sebagai manusia yang paling cerdas diantara genus homo lainnya. Kapasitas otak homo sapien berkisar antara 1.200 - 1.800 cc. Mari kita lihat semua rasa, cipta, karya yang timbul dari pemikiran-pemikiran manusia modern. Lihat bagaimana manusia modern menciptakan karya seni yang indah, teknologi canggih, interaksi yang luas. Lihat bagaimana manusia modern mampu menegakkan gedung dengan segala strateginya agar aman dari bencana alam. Lihat bagaimana energi-energi alternatif mulai dikembangkan demi ketersediaan energi di masa depan. Lihat bagaimana dunia sungguh berkembang pesat dan betapa kompleksnya logika manusia. Setujukah Anda, bahwa secara garis besar, kapasitas otak menentukan lolos atau tidaknya manusia dari seleksi alam? Pada purbakala, manusia dapat bertahan hidup karena mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi dapat berbentuk penemuan solusi terhadap masalah yang manusia purba alami. Jelas hal ini melibatkan logika dan pengetahuan. Begitu juga dalam konteks modern, seleksi alam bukan lagi mengenai persaingan rantai makanan, cuaca, dan sebagainya, melainkan kompetisi dalam hal ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan sebagainya.Â
Volume otak manusia masa kini mengalami penyusutan
Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diperoleh dari makanan. Maka sangat penting untuk menjaga pola konsumsi kita agar otak tidak kekurangan nutrisi. Benarkah volume otak manusia generasi akhir-akhir ini menurun? Apa penyebabnya? Sebuah jurnal Biologi Manusia menerbitkan hasil penelitiannya pada tahun 1988 yang menganalisis lebih dari 12.000 volume otak Homo sapiens, didapati telah terjadi penurunan volume otak sekitar 10% pada laki-laki dan 17% pada perempuan. Nutrisi memberikan sumbangan signifikan terhadap pembentukan volume otak dan pertumbuhan fisik manusia. Anak-anak dengan status gizi kurang, masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di Indonesia. Masalah ini memberi kontribusi terhadap tingginya rata-rata angka kematian. Penelitian Papotot dkk (2021), menyebutkan bahwa nutrisi berpengaruh pada fungsi kognitif otak, pertumbuhan fisik, fungsi fisiologis, dan respon imun. Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, jika terjadi kekurangan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah asupan gizi dengan kebutuhan penggunaan zat gizi oleh tubuh khususnya otak. Akibatnya, kemampuan berpikir akan menurun dan mempengaruhi perkembangan motorik pula.Â
Pola diet dan adaptasi tubuh yang sehat
Pola konsumsi manusia purba dari zaman ke zaman berbagai macam. Australopithecus sebagai awal peradaban manusia yang hidupnya berdampingan dengan kera, memakan tumbuhan-tumbuhan sebagai sumber energi. Berbeda dengan Homo erectus, sumber makanan tidak hanya tumbuhan tetapi juga daging dari hasil perburuan. Hal ini dianalisis dari struktur giginya. Begitu juga dengan homo neanderthal dengan modifikasi olahan-olahan pada zamannya. Sejak homo sapien mulai menguasai dunia, berbagai jenis olahan makanan bervariasi menyesuaikan ketersediaan sumber daya di wilayah masing-masing. Namun sekitar 40 tahun terakhir ini, masyarakat dunia memiliki pola konsumsi yang semakin seragam. Misalnya masyarakat timur tengah cenderung meninggalkan sorgum ketika muncul tren beras. Begitu juga zaman sekarang, masyarakat lebih memilih daging, junk food, makanan instan dibandingkan sayur-sayuran. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi yang terkandung dalam makanan yang kita makan.
Tubuh kita mengalami perubahan evolusioner seiring dengan perubahan pola konsumsi manusia dari ribuan tahun lalu. Menemukan pola diet yang sehat memberikan jaminan sekaligus dorongan adaptasi manusia ke masa depan menjadi lebih sehat dan menjamin keberlanjutan generasi masa depan. Pola diet dapat disesuaikan dengan kebutuhan gizi tubuh masing-masing. Diet berarti mengatur kembali pola makan agar seimbang. Bagi mereka yang sudah terlalu sering makan daging, lebih baik mencoba pola diet vegetarian. Selain mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik untuk otak, perlu kita ketahui pula kandungan apa saja yang dapat menghambat penyerapan gizi dalam tubuh, misalnya konsumsi natrium yang tinggi. Dalam kaitannya dengan pola makan, kebiasaan tidak sarapan dan kurang minum air putih juga dapat mempengaruhi kerja otak dan minim ketersediaan energi. Tentukan pola diet versi kamu!
Sumber literatur pendukung :
Papotot, Gianfranco S., Ronald Rompies, Praevilia M. S. (2019). Pengaruh Kekurangan Nutrisi Terhadap Perkembangan Sistem Saraf Anak. Jurnal Biomedik, 13 (3).
Sukamto, Auliansyah A. J., Muthmainah, Suyatmi. (Juni 2016). Estimasi Volume Otak Berhubungan dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Nexus Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan, 5 (1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H