Seorang teman bertanya tentang rasaku, “apakah kamu mencintainya” “tidak”ujarku, dia berfikir sejenak sedang wajahnya tampak terheran atas jawaban singkatku “apakah kamu cinta sama dia??”kini ia bertanya sambil menekankan nada suaranya, “itu pertanyaan yang sama saja, dan kaupun sudah tau apa jawabanku sebelumnya” “aaaa,,,pasti kamu cuma ingin memanfaatkannya saja yah?” imbuhnya sambil menggoda, “tidak” “hmmm,, atau ada sesuatu dari dia yang ingin kamu manfaatkan?, benarkann??” “jika kamu mengulangi pertanyaan dengan kata manfaat, maka jawabanku akan sama” “baiklah,aku menyerah untuk mencari taunya,, satu pertanyaan yang seharusnya tidak kamu jawab sama dengan jawabanmu sebelumnya,,” senyumnya berpadu dengan rasa penasarannya, kemudian ia lontarkan tanya terakhirnya, “lalu kenapa kamu menjalin hubungan dengannya??” ia pun tersenyum seolah pertanyaan itu adalah jawaban atas keingintahuannya, “karena hatiku yang memilihnya, hatiku yang membutuhkannya, hatiku yang merasa sedih ketika ia bersedih dan merasa bahagia ketika ia tersenyum. jika kau tanyakan padamu, kamu akan menjawab tidak. karena dirimu penuh dengan parameter bidadari yang sempurna. sedangkan hati ini, hanya menginginkan kebahagiaan. ketika ia merasakannya, maka ia akan berhenti disitu dan mencari tau apa penyebabnya” ia pun mengalah dan kembali lagi untuk menjalankan rasaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H