[caption id="attachment_189655" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Salah satu kunci sukses jurnalistik adalah kecepatan (Speed) dan salah satu trik untuk membuat sebuah berita cepat disajikan adalah menyelesaikan tulisan sebuah berita sebelum peristiwa itu terjadi. Kok bisa? Ya bisa, bahkan kadangkala itu adalah sebuah keharusan. Kenapa? Karena dalam peristiwa tertentu, jika kita menunggu sebuah peristiwa terjadi, maka kita akan terlambat. Di lihat dari kemungkinannya, pemberitaan ada dua. Pertama pemberitaan yang kemungkinannya bisa diprediksi dan pemberitaan yang tidak bisa diprediksi sama sekali. Pemberitaan yang tidak bisa diprediksi misalnya bencana alam, peristiwa yang terjadi tanpa rencana (perampokan, kecelakaan, dsb). Peristiwa yang bisa diprediksi misalnya: hasil pertandingan sepak bola. Contoh Final Liga Champion 2012 antara Chelsea dan Bayern Muenchen. Hasilnya bisa diduga, kalau tidak Chelsea menang ya Munchean. Dalam keadaaan ini sekalipun belum ada juaranya, seorang jurnalis, dalam hal ini wartawan olah raga yang bertugas membuat berita, sudah bisa menyiapkan berita 90% sebelum final benar-benar selesai. Terutama jika dikejar deadline misalnya, dengan persiapan ini jika waktu tersisa bahkan 10 menit saja berita bisa langsung dicetak. Caranya, membuat dua versi tulisan berita yang di tulis; jika Chelsea menang atau jika Muenchen menang. Yang dikosongkan hanya skor, pembobol gawang dan sedikit ulasan kronologi. Sisanya, tentang sejarah, makna kemenangan bagi kedua tim, bisa dibahas jauh sebelum final berlangsung. Saya teringat ketika bekerja di koran Jepang Yomiuri Shimbun yang jumlah oplahnya terbesar di dunia (12 jutaaan per hari). Waktu itu kami sedang meliput pemilihan presiden pertama di era reformasi. Kemungkinannya bisa Megawati, Gus Dur, Habibie, bahkan Amien Rais. Yang kami lakukan saat itu adalah, menyiapkan semua skenario berita dengan berbagai versi siapapun yang menang. Dan ini dilakukan hampir semua media. Jauh sebelum keluar nama presiden yang terpilih, kami sudah mewawancarai semua sumber termasuk kandidat sebagai persiapan jika mereka menang. Dengan kata lain artilkelnya sudah siap siapapun presiden yang terpilih. Jujur waktu itu, kebanyakan wartawan lebih menyiapkan banyak berita tentang Megawati, dan lumayan kelimpungan ketika tiba-tiba yang terpilih sebagai presiden adalah Gus Dur. Nah bayangkan kalau koran atau media tidak menyiapkan berita sebelum peristiwa terjadi, maka tidak akan mungkin membuat tulisan atau berita yang lengkap dan berkualitas jika hanya ditulis setelah peristiwa terjadi. Karena itu, kalau tidak mau ketinggalan dalam penulisan berita, Â maka terkadang kita harus menyelesaikan berita, setidaknya 90% Â sebelum peristiwa penting terjadi. Terutama peristiwa yang bisa diprediksi, kemungkinannya terbatas dan ditunggu-tunggu masyarakat hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H