Dampak Negatif Karaoke di Rumah
Tetapi, ternyata karaoke di rumah tidak selalu membangkitkan kebahagiaan. Tidak serta merta menaikkan imun. Hal yang menjadi biang keroknya adalah rumah memang tidak dirancang untuk memproduksi bunyi dan teredam baik seperti halnya studio. Ketika berkaraoke tidak menimbang sejauh mana power bunyi yang dihasilkan mampu menyebar dan masuk menembus dinding-dinding ruah tetangga, maka dari situlah masalah bisa muncul.
Tetangga sebelah bisa saja bisa menyesuaikan kegaduhan dan kebisingan, tetapi tidak jika tidak sedang berharap kehadiran kebisingan udara tersebut. Entah karena sedang butuh ketenangan atau memang tidak berselera dengan musik atau suara bernyanyi yang tidak standar.
Kalau hal seperti itu terjadi, apa yang ingin dinikmati dengan berkaraoke, ternyata justru bukan fresh dan bahagia yang didapat tetapi kedongkolan dan kejengkelan. Hubungan dengan tetangga jadi tidak harmonis. Kalau sudah begitu, kualitas hidup dan imun tubuh pasti turun. Entah berapa persen, tidak tahu.
Hidup bertetangga di masa pandemi, bukan hanya aspek kesehatan dengan menjaga protokol 3M yaitu menjaga jarak, menghindari kerumunan, disamping selalu mencuci tangan setiap saat seusai menyentuh objek dari luar rumah atau selesai beraktivitas. Tidak sekedar perhatian dengan berbagi makanan, obat-obatan dan informasi terkini terkait pandemi. Berkaraoke pun, perlu tenggang rasa.
Kemerdekaan itu bisa dinikmati di level tertinggi jika dirasakan oleh seluruh warga RT, warga Indonesia keseluruhan. Bukan orang per orang dengan mengabaian hak kemerdekaan orang lain. Merdeka ya Merdeka, Tapi Jangan begitu juga ! Hehehe
alifis@corner
160821
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H