Di Larantuka torang makan jagung titi.
Pung enak lagi makan buah kenari.
Masyarakat NTT begitu cinta dengan komoditas lokal, seperti yang disinyalir dalam syair diatas. Jagung bose, gula air atau sopi, jagung titi, buah kenari adalah jenis makanan khas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehar-hari. Jadi kenaikan komoditas sebagian bahan makanan di atas, selalu bisa disiasati dengan kembali harmoni dengan komoditas hasil alam.
Apakah wabah corona berdampak pada masyarakat NTT?Â
Tergantung siapa yang ditanya. Anak muda yang gemar berkumpul dan berolahraga di sekitar Bandara, di jembatan Petuk, di sekitar bundaran Tirosa setiap sore kucing-kucingan dengan aparat. Sebentar dibubarkan sebentar merapat. Itu karena mereka merasa sehat.Â
Bisa dibayangkan anak muda yang sedang bergelora, dipaksa duduk meringuk di dalam rumah. Di tambah, NTT adalah satu-satunya Propinsi yang paling sedikit memiliki penderita positif corona. Hanya 1 orang yang diawal Ramadan sudah dinyatakan negatif dan boleh kembali ke rumah. Apa tidak makin membuat percaya diri. Terngiang lagi alunan,"bae sonde bae, tana Timor lebe bae".
Kami yang menjelang separuh baya, tidak lagi bertingkah. Di rumah aja. Jaga diri, jaga keluarga dan makan secukupnya. Apalagi di bulan Ramadan yang mulia. Semoga wabah covid19 segera ditarik Yang Maha Kuasa dari muka bumi, sehingga seluruh umat manusia bisa mengambil hikmah positif dari wabah, sebagaimana orang muslim mengambil hikmah dari ibadah di bulan Ramadan.
Bae sonde bae, tana Timor lebe bae.
alifis@corner
290420
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H