Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasar Gusar Terjepit Covid?

29 April 2020   20:07 Diperbarui: 29 April 2020   20:05 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan hentak tangan dan kaki tetap diatas sedel motor, pagi hari ini begitu harmoni. Syair lagu ini representasi karakter masyarakat Timor yang sungguh percaya diri, cinta tanah Flobamorata (Flores, Sumba, Timor, Rote dan Alor). Sekitar 8 menit kami sudah tiba di parkir tepi pantai.

Suasana di utara pasar tepat di bibir pantai ini asyik sekali. Yang jualan, yang belanja, yang berjemur dipantai, ada semua. Oma Opa yang berjualan sudah berjejer di kanan kiri sepanjang jalan. Sayur kangkung, wortel, tomat, lombok, ubi, sirsak, pisang, bayam, jagung dan beraneka barang jualan terhampar berjejer rapi siap menanti pembeli. Tersenyum menyambut setiap orang tanpa masker. Dan jangan tanya tentang corona. Canda mereka, itu penyakitnya orang kaya. Yang lupa berbagi pada sesama.

Beranjak mendekat ke arah perahu nelayan, hampir semua tidak bermasker. Saya dengar juga celetukan mereka, "makanya merokok, bisa bakar itu kurnia (bukan corona, hehe). Percayalah, di keadaan yang menurut ahli epidemiologi wabah covid19 begitu menakutkan, bagi oma opa pedagang dan para nelayan itu bukan halangan untuk terus mengais penghidupan. Jangan sok ilmiah di depan mereka. Mental.

Barang Lokal Normal, barang impor bikin tekor

Istri sudah datang menenteng segitu banyak bawaan. Berapa banyak duit untuk belanja. Mahalkah itu semua? Tidak. Semua habis 125 ribu. Mau tahu rinciannya. Ikan tongkol segar 3 kumpul ada 18 ekor Rp. 25.000,- , cabe merah 300 gram Rp. 20.000,-, Terung ungu manis 15 buah hanya Rp. 5.000,-, wortel kg 10 biji Rp. 5.000,- buah ketimun 6 buah Rp. 5000,-, buncis kg Rp. 4.000,-, bawang pre seikat Rp.5.000,-, pisang buah 2 sisir Rp. 10.000,-, bayam 3 ikat Rp. 5.000,- kangkung 5 kumpul, 15 ikat Rp. 5.000,-, buah srikaya 6 biji Rp. 5.000,- dan Avokat 7 biji Rp. 10.000,-. Alhamdulillah. Masih terjangkau dan cukup murah.

Pulanglah kami dengan bawaan menggumpal di kanan-kiri motor. Di jalan besar dekat rumah motor berhenti, mampir di kios orang Bugis untuk belanja beras, minyak dan lainnya. Berbeda  dengan komoditas lokal yang sudah kami beli dan sebutkan. Untuk komoditas bahan makanan yang tidak dihasilkan dengan jumlah memadai di tanah Timor atau didatangkan dari luar NTT, harga-harganya  merangkak naik. 

Bahkan sudah sejak menjelang Paskah.Sekian hari di bulan Ramadan juga ada pergerakan kenaikan. Harga gula 1 kg yang sebelumnya Rp.12.000,- naik menjadi Rp.19.000,-, bawang putih 1 kg yang sebelumnya dijual dengan harga Rp.30.000 naik menjadi Rp.50.000,-, Telur 1 rak yang sebelumnya dijual dengan harga Rp. 45.000,-, merangkak naik menjadi Rp. 55.000,- dan saat ini sudah di harga Rp. 60.000,-.

Orang-orang pasar juga sudah kasak-kusuk aga resah. Kalau harga tidak disesuaikan maka kerugian yang didapatkan. Tapi jika semena menaikkan harga, aparat pemerintah yang datang menjewer telinga. Dalam keadaan di tengah wabah, bersikap egois akan merugikan sesama. Benar kata Ekonom, jangan berspekulasi di saat resesi. Cocok kata saintis, jangan menggunakan pendekatan model deterministik untuk fenomena random dan stokastik.

Jadi, bukan disebabkan karena perayaan Paskah dan bulan Ramadan semata. Dampak wabah corona atau covid19 turut membuat pasar gusar. Pengiriman komoditas dari jawa yang sebagian memanfaatkan kargo bandara El Tari ikut terpengaruh. Stok barang menjadi terbatas. Sementara yang melalui ekspedisi kapal laut membutuhkan waktu lebih lama. Orang Timor bilang, komoditas lokal harga normal, barang impor bikin tekor. Itulah khasanah budaya timor yang suka bercanda. Kondisi apapun selalu dibuat bercanda supaya terasa bahagia. Syair lanjutan dari lagu Bae Sonde Bae, terdengar lagi sayup-sayup di telinga.

Setiap hari beta makan jagung bose.

Beta haus beta minum gula air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun