Mohon tunggu...
Isaac Ahmed
Isaac Ahmed Mohon Tunggu... -

Try to be a lovable friend! Enjoy the whole life with sparkling enthusiasm! A catlover of Siamese's cat! A netizen journalist! Also freaks in art & design!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu... Dua... Tiga... dan Namaku Pun Dideleted!

8 Oktober 2010   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalin persahabatan, dengan siapapun dan dari manapun orangnya, tentulah salah satu harapan kita bergabung di beberapa jejaring sosial! Karena sesuai dengan hakikat kita sebagai makhluk sosial, disadari atau tidak kita butuh dengan yang namanya interaksi sosial! Terlebih jika ditelusuri, bahwa sebagian besar masyarakat kita terkenal akan prilaku yang bahu-membahu alias gotong-royong, meski hal tersebut berlanjut ke dunia maya! Masih ingat akan gerakan pengumpulan KOIN UNTUK PRITA? Sebuah gelombang yang tercipta atas dasar urun rembug dan kepedulian itu, membuktikan...bahwa kebersamaan itu bisa terjalin, meski antara user yang satu dengan yang lainnya belum pernah saling kenal sebelumnya! Begitu pula saat kedaulatan negara yang diyakini telah tertindas bangsa lain, atau salah satu produk budaya telah diklaim secara sepihak/ KLAIM TARI PENDET, serta merta ribuan user bersatu padu, menyuarakan nasionalisme! Itulah dahsyatnya jejaring pertemanan semacam FACEBOOK, TWITTER, atau YAHOO! KOPROL... Seberapa banyak teman anda di jejaring sosial yang diikuti? 100, 200, 300, atau mungkin ribuan? Saya, dan mungkin juga anda, tentulah senang manakala meng-klik ikon 'semua teman', atau 'following' , lalu tampillah sederetan teman yang kita miliki... Namun jika anda jeli, atau sejak awal mencermati perkembangan jumlah pertemanan anda, tentu akan kaget mendapati satu atau beberapa teman tiba-tiba 'menghilang' tiada berita! Begitu pula yang terjadi pada saya beberapa waktu lalu, ada beberapa user yang 'men-deleted' saya! Kaget? Shock? Atau sedih mendapati hal sedemikian? Bagi saya itu hal yang wajar, di dunia jejaring sosial manapun jika sesuatu memungkinkan, 'delete a friend' mungkin salah satu solusi final! Meminjam istilah teman: 'mengukur baju di badan' atau orang Melayu bilang: 'padan muka', saya patut mengira-ngira, hey...what's wrong? Baiklah kita analisa, beberapa orang yang men-deleted saya, dua diantaranya figur terkenal...yang menurut saya menjatuhkan vonis deleted mungkin dikarenakan kealpaan saya merespon mereka, entah comments atau status? Tapi bukankah pada awal konfirmasi, buat menunjukkan itikad baik pertemanan terlebih dulu kita menyapa di dinding mereka? Atau sesekali berkirim ucapan selamat, bahkan sebuah do'a akan kesuksesan... Tak peduli buat dibalas, yang jelas uneg-uneg sudah tersampaikan! Kita pun sudah mempertimbangkan apa-apa materi yang layak dibaca si penerima, kan? Kita pun memaklumi, tak mungkinlah seorang figur terkenal membalas semua permintaan kita yang awam ini? Beruntunglah jika mendapati beberapa figur terkenal menyempatkan diri berinteraksi dan menyapa penggemarnya,karena sekecil apapun atensi itu, bagi kita adalah suatu interaksi yang menganggap kesetaraan berargumentasi... Sampai sekarang saya masih bingung, ada apakah gerangan hingga dua figur terkenal tadi men-deleted saya, ya? Just take a positive thinkin'...probably their friend's list in over load capacity? Buat mengurangi muatan teman di FB-nya, ya dideleted-lah saya...hehehe! Nah, beberapa user non public figure yang men-deleted saya, dua di antaranya menurut saya hal yang sepele: comments yang kita buat kadang spontan, mencerminkan kondisi kita apa adanya, dan yang saya lakukan pada kedua user itu mungkin menurut saya lucu dan bisa terjadi pada siapa saja: 'salah tebak jenis kelamin'...! Wajar kan, jika si A bernama lazimnya perempuan, eh... ternyata dia laki-laki...begitu pula sebaliknya! Menyadari kekeliruan, saya berusaha meminta maaf, sebisanya...! Jadi, jikalau tak ada ampun lagi, siap-siaplah di-deleted! Pelajarannya adalah, cermati betul teman baru kita di Facebook/ Twitter ini, baca profilnya, jangan terkecoh foto profil yang memasang foto benda, atau hal lain selain si empunya...juga foto sepasang kekasih berpose nan mesra, alih-alih memuji salah satu...makianlah yang didapat, hehehe! Satu orang lagi yang men-deleted saya, adalah orang luar negeri...yang meski beda secara kultur, tapi disatukan oleh bahasa ini, tipikal orang yang segalanya mau cepat, ya cepat memutuskan, cepat meminta jawaban! Kita tentu maklum jika sesuatu permintaan pertemanan, comments atau pesan, sudah pasti ditangguhkan untuk beberapa saat. Kita tidak mungkin menghabiskan seluruh hari kita mengakses jejaring sosial ini, kan? Hanya karena telat membalas serangkaian pertanyaan yang sifatnya formal, beliau terlihat tak sabaran... Nah, beruntunglah jika anda belum pernah mengalami hal seperti saya barusan, sebab di-deleted itu kesannya kita macam di-kick out! Mesti tanpa embel-embel 'go to hell!'...tetap sajalah konotasinya disingkirkan, hehehe! Pintar-pintarlah membangun komunikasi di sini... Last, for all the time i've hurt you, here...in Facebook, also Twitter: I apologized!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun