Mohon tunggu...
Isa Ansyori
Isa Ansyori Mohon Tunggu... -

Pengendali Dampak Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teknologi Pengendalian Merkuri dari Penggunaan Batu Bara

18 Februari 2014   22:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Merkuri merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan hidup.Merkuri berbahaya bagi lingkungan karena bersifat persisten. Karena berbahaya merkuri telah diatur di peraturan pemerintahNo.74 Tahun 2001.Di dalam pemerintah tersebut bahan yang berbahaya dan beracun yang terbatas untuk digunakan.Selanjutnya bahan yang mengandung merkuri diatur di peraturan pemerintah No 1 Tahun 1999. Sumber – sumberMerkuri ryang dilepaskan ke Lingkungan antara lain dari pengolahan emas, almalgam gigi dan pembakaran batubara.

Emisi Merkuri yang dihasilkan dari pembakaran batubara seperti pada unit Boiler mendapat perhatian yang besar dari pemerhati lingkungan karena berpotensi merusak lingkungan dan menjadi ancaman bagi kesehatan makhluk hidup..Menurut data EPA (Environmental Protection Agency), di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 51 ton Merkuri pertahun telah diemisikan ke udara oleh Pabrik yang menggunakan batubara sebagai sumber energi pembakaran. Jenis Merkuri yang diemisikan ke udara pun bervariasi yaitu dalam bentuk uap Merkuri (Hg°), Oksida Merkuri dan Partikulat. Uap Merkuri (Hg°) mempunyai waktu tinggal yang lama di udara yaitu bisa mencapai satu tahun, sehingga dapat menyebar pada jarak yang sangat jauh dari sumbernya. Ketika Hg°terdeposit di tanah atau air , maka dia dapat mengalami transformasi menjadi merkuri organic yaitu metil merkuri yang dapat memasuki rantai makanan seperti ikan. Merkuri yang berbentuk oksida (Hg 2+), mempunyai waktu tinggal di udara hanya beberapa hari saja, disebabkan karena tingkat kelarutan yang tinggi dari Hg 2+ di dalam uap air yang ada di udara .

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah emisi merkuri yaitu yaitu jenis Batubara, konfigurasi alat pengontrol emisi dan proses tambahan lain seperti penambahan senyawa Halogen, pencampuran 2 jenis batubara, penggunaan teknologi ACI(Activated Carbon Injection) serta pengaruh lain seperti UBC (Unburn Carbon) dan SO2.

Teknologi pengontrol merkuri pada dasarnya dibagi dalam 2 bagian: Pertama adalah teknologi yang di sebut “Co Benefits” yaitu teknologi yang sebenarnya didesain untuk mengontrol polutan lain selain Merkuri , seperti NOx , SOx dan bahan partikulat (PM) tetapi dalam hal ini dapat juga digunakan sebagai alat pengontrol Merkuri(Praven, 2003).

NOx dapat dikontrol menggunakan SCR (Selective Catalytic Reduction). Selain berfungsi sebagaipengontrol NOx , SCR dapat juga digunakan sebagai pengontrol emisi Merkuri dengan cara mengoksidasi uap Merkuri menggunakan katalis SCR. SOx adalah polutan yang dikontrol menggunakan FGD (Flue Gas Desulfurization). Selain berfungsi sebagai pengontrol SOx, FGD dapat juga digunakan sebagai pengontrol emisi Merkuri dengan cara melarutkan oksida Merkuri di dalam air (U.S Environmental Protection 2003 dan Praveen, 2003). Bahan Partikulat (PM), baik yang berasal dari Partikulat Merkuri atau Partikulat lainnya dapat dikontrol dengan alat seperti CS-ESP, HS-ESP,FF dan PM Scrubber (U.S Environmental Protection Agency, 2000).

Teknologi kedua adalah teknologi yang spesifik untuk Merkuri seperti ACI (Activated Carbon Injection) yaitu penginjeksian karbon aktif kering berbentuk bubuk ke dalam flue gas. ACI biasanya ditempatkan antara pemanas udara (air preheater) dan ESP (Electrostatic Precipitator) atau FF (Fabric Filter).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun