Mohon tunggu...
Irza Fibrianqi Azizi
Irza Fibrianqi Azizi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Mie ayam lovers

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Duniaku Pernah Hancur, Rangkai Lagi Satu-Satu: Generasi yang Perlu Motivasi

4 Desember 2023   11:38 Diperbarui: 4 Desember 2023   11:41 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman ini siapa yang tidak tahu dengan Idgitaf? Kaum muda-mudi di Indonesia pasti sudah tidak asing dengan nama tersebut. Meskipun tidak tahu siapa ia, setidaknya pernah mendengar lagu-lagu ciptaannya; seperti lagu yang berjudul "Takut" dan "Satu-Satu". Kedua lagu ini pernah viral di salah satu platform media sosial, yaitu Tiktok. Lagu ciptaan Idgitaf ini sering didengarkan oleh masyarakat khususnya generasi milenial.

Idgitaf sendiri merupakan nama panggung yang berasal dari kata 'IDGAF' yang artinya 'I Don't Give A Fuck', istilah ini merujuk pada singkatan yang populer di luar negeri. Nama asli Idgitaf sendiri adalah Brigitta Sriulina Beru Meliala. Karena memiliki nama yang panjang dan menurutnya sendiri nama dirinya tidak menarik untuk dijadikan nama panggung, maka ia memutuskan untuk menggunakan nama 'Idgitaf' saja. Idgitaf lahir pada tahun 2001 dan memulai karirnya pada tahun 2020 silam.

Lagu yang terkenal dan populer ciptaan Idgitaf adalah lagu yang berjudul Takut dan Satu-Satu. Lagu Takut menduduki posisi ke-17 di IDN songs pada tahun 2021 sedangkan lagu Satu-Satu menduduki posisi ke-4 di IDN songs pada tahun 2022 silam. Kedua lagu tersebut wajar saja populer dan viral di sosial media. Selain karena enak didengar, makna-makna kehidupan dan realitas sosial terkandung di dalam lirik-liriknya sehingga pendengar menjadi 'merasa' bahwa lagu tersebut relate dengan dirinya atau pengalaman hidupnya.

Secara pribadi, saya merasa sangat emosional ketika mendengar dan melihat video musik lagunya yang berjudul Satu-Satu. Apa, sih, makna lagu ini? Dan kenapa judulnya Satu-Satu? Hal ini menjadi suatu objek yang menarik untuk ditelaah dan dikupas. Bagaimana cara untuk mengupas makna yang terkandung dalam lagu tersebut? Tentu saja dengan kajian semiotika. Apa, sih, kajian semiotika itu? Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Maksudnya, kajian semiotika ini adalah sebuah kajian yang meneliti sebuah objek dengan mengupas makna dari suatu objek yang diteliti. Misalnya, mengapa bayi menangis ketika lahir dan justru ibunya bahagia? Menangis merupakan tanda yang dihasilkan oleh bayi dan kebahagiaan ibu juga tanda yang ditunjukkan oleh ibu sebagai respons dari tanda bayi tersebut. Menangis pada bayi menandakan bahwa dirinya lahir dengan selamat sedangkan kebahagiaan ibu terjadi karena menandakan pula bahwa bayinya hidup dan selamat. Kedua tanda yang dihasilkan memang berbeda. Namun, keduanya memiliki makna yang sama, yaitu menandakan bahwa bayi tersebut lahir dengan selamat. Demikian sedikit gambaran bagaimana semiotika digunakan. Menarik bukan?

Dalam kajian semiotika, ada beberapa ahli terkenal yang mengemukakan model teori analisis semiotika, yaitu Ferdinand De Saussure, Charles Pierce, Roland Barthes, dan Umberto Uco. Keempat ahli ini masing-masing memiliki model analisis yang berbeda-beda. Akan tetapi, meskipun model analisisnya berbeda, mereka sama-sama menjelaskan suatu fenomena secara semiotika. Di sini, saya akan menjelaskan bagaimana isi dan makna dari lirik lagu yang berjudul 'Satu-Satu' karya Idgitaf dengan pendekatan semiotika Roland Barthes.

Model analisis Roland Barthes meliputi, tanda (sign), konotasi, denotasi, dan mitos. Anggap saja bahwa tanda di sini adalah lirik-lirik lagu 'Satu-Satu' dan konotasi, denotasi, serta mitos adalah yang model atau acuan yang akan digunakan untuk mengupas lirik-lirik dari lagu tersebut. Mengapa menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan bukan yang lain? Karena menurut saya pribadi, model Barthes dengan objek kajian sudah revelan sehingga sah-sah saja menggunakan teori tersebut.

Setelah saya teliti dengan baik, sebagian besar liriknya mengandung makna denotasi; artinya lirik-lirik tersebut tidak mengandung kata kiasan. Namun, di bagian bridge dalam lagu 'Satu-Satu' menjadi hal yang saya soroti karena terdapat makna konotasi pada bagian "Duniaku pernah hancur. Rangkai lagi satu-satu." Mengapa disebut sebagai makna konotasi? Karena tidak mungkin dunia pernah hancur jika terjadi hal demikian pasti terjadilah kiamat. Maksud dari lirik itu adalah bahwa ia pernah mengalami pengalaman hidup yang pahit seakan-akan dunia jahat padanya. Lalu, pada lirik selanjutnya, maksud dari 'rangkai lagi satu-satu' adalah setelah terjadi pengalaman hidup yang tidak menyenangkan, ia bisa perlahan menata kembali hidupnya menjadi lebih baik. Dari sinilah judul lagu 'Satu-Satu' diambil. 

Secara keseluruhan, lagu ini menceritakan tentang pengalaman hidup Idgitaf yang buruk di masa lalu. Akan tetapi, ia dapat melewatinya bahkan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita tahu, Idgitaf sudah memulai karirnya di usia muda dan menyanyi adalah impiannya. Bukankah hal tersebut sudah mengubah kehidupan Idgitaf menjadi lebih baik dari sebelumnya? Nah, lagu ini ia buat agar pendengar khususnya kaum muda-mudi yang memiliki pengalaman yang sama seperti Idgitaf ini menjadi termotivasi dan tidak merasa bahwa hanya ia yang mengalami. Memang di Indonesia isu kesehatan mental masih disepelekan dan tidak sedikit remaja yang mengakhiri hidupnya karena merasa tidak ada yang peduli padanya. Banyak mitos beranggapan bahwa isu kesehatan mental tergantung dari kedekatannya dengan Tuhan, pola asuh orang tua, dsb. sehingga jika seseorang mengalami gangguan mental selalu dihakimi dan disepelekan. Padahal, kesehatan mental tidak jauh berbeda dengan kesehatan fisik yang sama-sama harus diobati jika sakit. Dengan hadirnya lagu ini maka Idgitaf menyalurkan rasa kepeduliannya dan empatinya kepada orang-orang yang memiliki problematika hidup bahwa dirinya tidak sendirian, serta Idgitaf pula memberikan motivasi agar pendengar dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik seperti apa yang dialami oleh Idgitaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun