[caption caption="https://pixabay.com/en/hand-hands-light-skin-finger-art-741742/"][/caption]
irwan zebua No. 3
Detak jarum jam mengusik telingan Ben yang dari tadi belum bisa memejamkan kelopak matanya. Ben terhanyut dalam angan, semua rentetan peristiwa yang dialaminya ikut dalam arus angan yang membelenggu pikirannya.
“Nah, akhirnya ane dapat jawabannya,” tiba-tiba saja Ben berteriak di hening malam.
“Ente kenapa Ben, teriak-teriak gak jelas di tengah malam gini?” tanya Mpok Ipeh diikuti sapu yang melayang di kepala Ben.
“Aduh.. sakit Nyak, kepala Benjol emang kecoak?” erang Ben sambil memegang kepalanya.
“Elu sih teriak-teriak gak jelas, Babe lu jadi gak bisa tidur noh,” ucap Mpok Ipeh sambil mengucek kedua matanya. “ Lu tau sendiri kan kalau Nyak yang susah kalo Babe lu blum tidur jam segini.” Lanjutnya dengan geram.
*
Seminggu telah berlalu, Ben akhirnya nekat pergi menemui Setan Jempol untuk mengakhiri teror yang dilakukan oleh keluarga Jari tersebut.
“Ngapain Lu datang kemari?” bentak Setan Jempol.
“ Sabar cuy, ane datang kemari dengan damai,” jawab Ben dengan hati-hati.