Mohon tunggu...
irwanto
irwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda Harapan Bangsa

Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wanita Istemewa

4 Maret 2015   05:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah dadu yang dilempar adalah bentuk dari teori “kemungkinan” yang akan memperlihatkan fakta bahwa akan muncul mata dadu diantara enam sisinya. Ibarat hidup yang mempesona adalah proses memungkinkan  “kemungkinan” bahwa realita yang akan muncul tidak dapat di batasi dengan sisi manapun dari sebuah bentuk. Mengenyam hidup yang tidak terencana, meredam gejolak kreatifitas, memendam ide-ide produktif dan menjalani rutinitas yang “kemungkinan” tidak tahu arahnya. Namun dibalik pandangan itu, tersimpan harapan bahwa dia punya tongkat yang mampu menyodok harapannya agar dapat diraih dengan sukses.

Dia adalah seorang ibu dari anak laki-laki umur 15 bulan. Segala aktifitasnya hanya beberapa langkah saja, halaman, ruang tamu, kamar tidur dan tentunya dapur. Saat mata terbuka di waktu fajar rutinitas rumah tangga menjadi bagian yang tak terbengkalai. Menyiapkan kopi sang suami, membersihkan lantai dari tumpahan mainan putranya hingga memenuhi hidangan keluarga dan akan merenggang ketika menidurkan putranya hingga matanya tak sadar ikut terlelap pula.

Sejak sebelum dua tahun lalu tepat di sebuah kepualauan bagian tenggara pulau sulawesi ia adalah wanita aktifis. Aktif di lembaga konservasi saat itu, walau bekerja sebagai penyiar namun ketika ia di meja berisi peralatan siaran kesukaannya, jiwanya sersa hidup. Tidak hanya itu lembaga instansi pemerintahan yang cakupan kerjanya pada perencanaan daerah, pernah ia jajaki. Hingga pada kegiatan-kegiatan daerahan, pentas seni daerah serta momen penting panggung kebudayaan telah ia tekuni. Disana, kelihatan harapan yang gemilang, menghabiskan masa mudanya dengan berbagai aktifitas.

Namun, kini jiwanya serasa melemah. Jauh dari meja emas itu, terlepas dari lingkaran teman-teman dan rekan kerjanya, tertinggal dalam sebuah mimpi cerahnya serta terhempas pada keadaan yang begitu runyam. Memilki seorang suami dan telah menjadi seorang ibu, ia rela mengubur dalam-dalam angan yang ia impikan untuk menanjakkan karirnya pada sebuah bukit kesuksesan. Aktifitasnya tidak seluas langkahnya dulu, seruannya tidak selantang suara udaranya dulu dan tampilannya tidak serapi ketika ia berseragam elok.

Akan tetapi, jauh dari itu didalam genggamannya terdapat sebuah jarum yang akan menyulam berbagai harapan cerah bersama keluarga kecilnya. Di langkah mungilnya akan berjejak menuntun anak-anaknya melintas nusantara. Di setiap buaiannya akan membakar kepenatan suaminya. Di dalam pelukannya akan menghangatkan harapan gemilang yang telah beku. Engakau wanita yang istimewa bagi anak-anak kita kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun