Negara Indonesia di kenal dengan Negara agraris  dengan kesuburan tanah yang baik serta memiliki letak di jalur katulistiwa yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, sehingga kesempatan untuk bercocok tanam di sawah maupun di pekarangan dapat di lakukan sepanjang tahun tanpa henti, tinggal bagaimana menyesuaikan sistem  pengairannya sesuai daerah masing-masing.Â
Berbeda dengan China, Jepang dan Korea yang memiliki  4musim sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja untuk bisa menanam tanaman seperti sayuran dan kacang-kacangan, tetapi walau hanya di waktu tertentu saja faktanya negara tersebut bisa tetap menanam dengan menggunakan teknik greenHouse,  yaitu rumah untuk berkebun dengan segala teknologi yg di butuhkan.
Berbeda di Indonesia yang tanahnya subur tanpa ribet bisa bercocok tanam sepanjang waktu tanpa menggunakan sistem GreenHouse pun mudah dan murah, bahkan ada istilah "Tonggak kayu pun bisa jadi tanaman" yang menggambarkan betapa suburnya tanah air IndonesiaÂ
"Organik di sini yaitu sebuah media atau material padat yang bersumber dari media hayati, yaitu dari unsur tumbuhan dan hewani yang di maksudkan untuk memperbaiki kontur atau sifat tanah yang padat tanpa rongga."
Lain dulu lain sekarang mungkin inilah yang pas untuk menggambarkan betapa susahnya meningkatkan hasil tanam di masa sekarang karena tanah kita sudah tak sesubur dulu yang bila tidak menggunakan pupuk kimia sintetis dengan jumlah banyak hasilnya kurang maksimal di tambah lagi  harga pupuk yang tidak murah  untuk menanam tanaman jenis sayuran, biji-bijian dan umbi umbian, tanah kita dewasa ini sudah tidak sesubur dulu untuk di tanami, tanah kita sekarang dalam keadaan kritis, di kutip dari TEMPO.CO senin 30 Mei 2022 oleh Guru besar IPB University Bpk Iswandi Anas Chaniago mengatakan bahwa tanah pertanian Indonesia 72% sakit di akibatkan oleh kekurangan organik red.
Memang benar adanya bahwa tanah pertanian kita sedang tidak baik-baik saja khususnya di wilayah Brebes, penulis sebagai praktisi  persampahan dan pertanian dengan prinsip  inovasi bio-circular green technology  mengamati ada perubahan polarisasi pertanian dari tanah ke tanaman dengan pupuk kimia sintetis sebagai kunci keberhasilan dalam pertanian.
Pada prinsipnya segala sesuatu yang tumbuh dari tanah kembali lagi ke tanah itulah keniscayaan hukum alam yang sudah di gariskan tetapi sekarang berubah akibat pemahaman yang salah sebab tidak adanya edukasi oleh pihak terkait.Â
Seperti kebiasaan petani kita umumnya bekas tanamannya di pisahkan dari sumber ia tumbuh lalu di bakar di lain tempat sehingga nutrisi pada tanah makin lama makin habisÂ
Bungkaran
Sekitar tahun 2008 Kebun tebu di wilayah Brebes masih banyak di temukan hamparan kebun tebu  ratusan hektar dan hampir setiap petak sawah pernah di tanami tebu, tebu yang di panen meninggalkan pangkal dan akar atau dalam bahasa Brebes nya Tunggak, Tunggak inilah yang menjadi barometer kualitas tanaman dan menjadi ukuran bagi tengkulak untuk membeli hasil pertanian dengan harga lebih mahal.Â