Syekh Abdul Karim al-Jili di dalam kitabnya "Insan Kamil fi Ma'rifatil Awakhir wal Awail" halaman 60 dalam menafsirkan "qul huwallah"Â di dalam surat Al-Ikhlas, "Katakan oleh engkau, dianya insan/engkau adalah Allah." Ungkapan ini ialah untuk menerangkan bahwa "hakikat insan/engkau adalah Allah, bukan ta'yin engkau, karena ta'yin engkau/hamba adalah makhluk/alam". Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Syamsuddin as-Sumatrani di dalam kitabnya "Jauharul Haqaiq" halaman 69, "Ketahui olehmu bahwasanya engkau itu haq pada hakikat, makhluk pada ta'yin."
Dan juga ketika kita berzikir tahlil dalam thariqah Naqsyabandiyah dengan kalimah "laa ilaaha illallah (laa maujud illallah)/tidak yang wujud kecuali Allah" ialah untuk mengembalikan wujud kita kepada Allah. Bukan kita menjadi Allah, akan tetapi hakikat wujud kita adalah Allah. Lihat kitab "Majmu' Rasail" karangan Syekh Sulaiman Zuhdi halaman 55. Dan di dalam kitab "Tuhfatul Mursalah" karangan Syekh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanfuri al-Hindi dan syarahnya karangan Syekh Arsalan bin Ya'qub bin Abdullah Ad-Dimasyqi  halaman 55 disebutkan:
"Dan bahwa segala yang maujud dari sekira-kira wujud itu adalah 'ain Haq Swt., akan tetapi pada ta'yin, itu bukan Haq Swt."
 " Adapun pada hakikat, maka segala yang maujud dia itu adalah Haq Swt."
Keterangan-keterangan di atas ialah agar kita dapat memahami asal wujud kita. Kita tetap kita/hamba tetap hamba sekalipun telah sampai kepada hakikat, akan tetapi wujud kita hilang/fana di dalam wujud-Nya. Kalau kita tidak memahami hakikat dan mentamkinkannya dalam batin kita, maka kita menjadi fasik/cinta dunia. Terjadi kenifakan dan kesyirikan yang bersarang dalam batin kita.
Kita harus dapat memahami  ilmu syariat dengan mengamalkan akidah dan hukum syara' serta berakhlak yang mulia, hati kita senantiasa berjalan kepada Allah, hudhur di hadapan Allah. Dan memahami hakikat ialah untuk menghilangkan ananiah, kenifakan, dan kesyirikan agar kita dapat menjadi hamba Allah yang benar, berpegang dengan Allah, merdeka dari alam dalam kita menjalani kehidupan, dan kita mudah mendapatkan bantuan dari-Nya, dunia kita dan akhirat kita.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith-thariq.
Wassalam,
Abuya Syekh H. Amran Waly al-Khalidi
Darussalam, 3 Juni 2023