Penyebaran penyakit AIDS (Acquired Imunne Deficiency Syndrome) yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) marak terjadi di Indonesia. Data nasional menunjukkan bahwa jumlah komulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai bulan juni 2019 sebanyak 349. 882 orang sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sampai bulan juni 2019 Â sebanyak 117. 064 orang (Viva.com, 2019).
Apabila dijumlahkan secara keseluruhan maka jumlah pengidap penyakit HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 466. 946 orang. Data tersebut yang tercatat, Â sementara penyebaran penyakit HIV/AIDS seperti fenomena gunung es. Penderita yang tercatat secara resmi jumlahnya relatif kecil kelihatan dipermukaan, tetapi dibawah permukaan air angkannya malah berlipat ganda.
Penyebaran penyakit yang merusak sistem imun ini bukan hanya menyasar masyarakat di kota besar namun masyarakat yang hidup di daerah sebagian teridentifikasi positif mengidap penyakit HIV/AIDS. Misalnya di Kabupaten Bima dan Kota Bima provinsi NTB. Menurut Rifa'i (Kabid pemberantasan penyakit dan kesehatan Dikes) Kabupaten Bima bahwa mulai tahun 2010 sampai tahun 2019 jumlah warga Kabupaten Bima yang positif terjangkit virus HIV/ AIDS sebanyak 129 orang.
Sedangkan di Kota Bima menurut Syarifudin (Kabid pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan Dikes) Kota Bima selama 10 tahun terakhir yakni sejak tahun 2009 hingga tahun 2019 warga kota Bima yang terdata menderita penyakit HIV/AIDS sebanyak 70 kasus dan 28 orang diantaranya telah meninggal dunia (Kahaba, 2019).
Penyakit HIV/ AIDS merupakan penyakit yang mematikan dan menular. Proses penularan virus HIV bisa melalui hubungan seks dengan pengidap penyakit HIV/AIDS atau seks bebas, tranfusi darah, narkoba dan penularan dari ibu ke anak. Â Prof. Andi Agustang (Guru besar sosiologi universitas negeri makassar) menyatakan penyebaran penyakit mematikan ini banyak menyasar generasi muda Indonesia. Oleh karna itu menurutnya apabila penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS tidak segera dicegah maka di Indonesia akan terjadi lost generation atau generasi terputus.
SOLUSI PENANGANAN PERSPEKTIF BARAT
Akhir- akhir ini terdapat beberapa solusi yang ditawarkan oleh kaum sekuler dan liberal di Barat dalam menanggulangi penyebaran penyakit HIV/ AIDS misalnya sosialisasi penggunaan kondom kepada remaja dan melegalkan pelaku homoseksual.
1. Penggunaan kondom
Di Negara barat seperti Amerika kondom dijadikan solusi untuk menanggulangi penyebaran virus HIV. Akhirnya remaja dan pemuda di Negara adidaya itu berbondong-bondong menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan alasan keamanan dan kesehatan. Benarkah kondom aman dan sehat?
Menurut dr. Dewi Inong Kirana, Sp.KK (Dokter spesialis kulit dan kelamin) berdasarkan hasil penelitian ternyata alat kontrasepsi berupa kondom masih memiliki pori-pori atau lubang- lubang kecil. Pori-pori kondom lebih besar (1/160) dari virus HIV (1/250), dimana virus HIV bisa lewat melalui kondom. Jadi fungsi kondom hanya sebagai alat kontrasepsi, bukan alat untuk mencegah dari HIV/AIDS. Ujarnya dalam Majalah Hidayatullah, 2013.
Ternyata selama penguasa di Amerika menyuruh masyarakatnya  menggunakan kondom, pengidap penyakit HIV/AIDS di Negara tersebut bukan berkurang justru bertambah banyak. Dalam bukunya Prof. Zaghlul An-Najar (2011) beliau menyatakan bahwa dulu pada abad ke 19  jumlah penderita HIV/AIDS di Amerika serikat hanya puluhan orang. Namun  di Abad 20 jumlah penderita penyakit HIV/AIDS sudah mencapai lebih dari 10 juta orang.