kau selalu mengajakku terdiam, tak berucap satu katapun
lutut terlipat, telinga tengak mendegar kebiasaan
terdengar suara-suara bibir bercekcok atas tenggelam lamanya dada tertimpa musibah pangan
kata pemilik, kamu harus tabah dan sabarÂ
kadang terkandung gelap juga terang
bak belahan bibir manusia, kadang curhat karena miskin kadang pula kaya
tek terlihat jua aka pendengarannya
kau mampu mendengar suara gembira dan suara rintikan atau kesedihan tamparan
aku ingin merawatmu dengan rasa sunyi tanpa cibiran yang tak pastiÂ
(Sanggeng, 30 Nov 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H