Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata Ala Wanita Eksekutif Lajang

17 Desember 2014   21:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita eksekutif di negara kita jumlahnya semakin banyak. Menteri di Kabinet Jokowi-JK yang perempuan ada 8 orang, suatu rekor tersendiri sepanjang Republik Indonesia berdiri. Namun yang ingin saya tulis kali ini bukanlah wanita eksekutif sekelas menteri atau CEO perusahaan besar. Juga bukan sosialita yang sering dibahas majalah tentang lifestyle.

Kebetulan, di tempat saya bekerja, lumayan banyak wanita yang mendapat posisi bagus. Kenapa saya sebut kebetulan? Karena setahu saya tidak ada disain khusus agar posisi tertentu harus dijabat seorang wanita atau bukan wanita. Artinya siapa yang kompeten, dia lah yang meraih jabatan, dan ternyata jumlah wanita yang kompeten cenderung bertambah.

Begini, hirarki di tempat saya secara garis besar diurut dari posisi paling atas kira-kira seperti ini: Direktur Utama, Direktur, Kepala Divisi, Wakil Kepala Divisi, Kepala Bagian, Wakil Kepala Bagian, Staf Senior, Staf Junior, dan Pelaksana. Nah, dari Kepala Bagian ke atas, jumlah wanita cenderung naik, meski secara komposisi, persentase laki-laki masih lebih banyak. Itulah yang saya maksud dengan wanita eksekutif.

Dari sejumlah wanita eksekutif tersebut, kebetulan cukup banyak pula yang berstatus lajang. Kenapa saya sebut kebetulan lagi? Karena secara teoritis mereka harusnya gampang dapat pasangan. Meski ada bebrapa komentar dari teman-teman pria di kantor saya, bahwa yang lajang tersebut bukan karena "kebetulan", tapi karena karakter yang bersangkutan yang keras, cenderung galak, sehingga jodoh menjauh. Tapi ya sudahlah, saya tidak ingin berdebat tentang hal ini, karena kebanyakan dari mereka adalah teman-teman saya yang orangnya pada baik-baik semua.

Yang menarik bagi saya, sesama wanita lajang ternyata kompak dalam menimkati hidup, khususnya dalam melakukan perjalanan wisata. Mereka bikin kelompok yang terdiri dari 4 sampai 8 orang, lalu merencanakan berwisata bareng, dengan serentak melaksanakan cuti. Karena mereka dari berbagai divisi, tidak masalah cutinya serentak, karena disetujui oleh atasan yang berbeda-beda. Praktis, hak cuti mereka sebanyak 18 hari kerja dalam setahun, terpakai sepenuhnya dalam 2 atau 3 kali perjalanan selama 1 tahun.

Karena tempat-tempat wisata utama seporti Eropa Barat dan Amerika Serikat sudah pernah mereka jelajahi, mereka mulai menyasar ke negara-negara lain seperti Rusia, Amerika Selatan dan Afrika. Kisah perjalanan mereka langsung disebarkan melalui media sosial seperti facebook. Lalu komentar teman-teman kantor atas foto-foto yang mereka posting bermacam-macam. Tapi pada intinya teman-teman lain sangat maklum kalau mereka jadi seperti maniak berwisata. Ya, karena tidak perlu memikirkan anggaran untuk keluarga. Mereka memang lebih banyak surplus anggarannya ketimbang yang punya beberapa anak. Disaat temannya memikirkan biaya kuliah anak, atau menabung buat ongkos pernikahan anak, mereka sibuk hunting lokasi wisata berikutnya. Praktis, mereka tidak kesulitan finansial, dan berwisata salah satu cara "memperkecil surplus" yang mereka punyai. Buat apa lagi uang bonus, kalau untuk tidak dinikmati.

Oh ya, eksekutif lajang di tempat saya bekerja, ada juga yang pria, meski relatif sedikit. Tak jarang pria lajang ini ikut dalam kelompok wisata wanita lajang. Kalau lihat di foto-foto mereka yang beredar di facebook, semuanya terlihat happy. Tapi, kalau boleh saya menyarankan kepada teman-teman saya tersebut, keenakan berwisata, jangan sampai menenggelamkan keinginan untuk mendapatkan pasangan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun