Sesungguhnya televisi berita sudah lumayan banyak di jagat pertelevisian kita. Yang saya ingat secara spontan saja adalah Metro TV, TV One, dan iNews TV. Ada lagi Berita Satu dan CNN Indonesia yang merupakan tv berbayar.  TVRI pun meski tidak mengklaim sebagai televisi berita, kontennya lebih kurang sama. Mungkin ada lagi  televisi yang lain yang saya tidak tahu.Â
Tentang Kompas TV sendiri, diluncurkan tanggal 9 September 2011 dan dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia. Jauh sebelumnya grup ini sudah pernah punya televisi sendiri yakni TV 7, namun kurang berkembang dan akhirnya dilepas ke Trans TV, sekarang dinamakan Trans 7.
Sejak Kompas TV diluncurkan, motto yang dipakai adalah "Inspirasi Indonesia". Hal inilah yang akan dirubah menjadi "Suara Indonesia" dalam suatu seremoni nanti malam, Kamis 28 Januari 2016, yang disiarkan langsung oleh Kompas TV dari gedung Jakarta Convention Center. Seperti yang diberitakan Kompas hari ini, dalam acara tersebut akan diberikan penghargaan kepada beberapa figur yang telah menginspirasi, membuka jalan, memberikan perubahan, dan membuat pergerakan di Indonesia. Beberapa tokoh yang dipilih adalah petinju pertama Indonesia yang menjadi juara dunia, Ellyas Pical, grup komedian Warkop, jurnalis senior Sumita Tobing, dan penyanyi keroncong senior Waldjinah.
Acara seremoni yang akan dimulai pukul 19.30 nanti malam juga dimeriahkan dengan kehadiran beberapa artis terkenal yakni Iwan Fals, Trio Lestari, Kotak Band, Sruti, Maruli Tampubolon, dan Cherrybelle. Juga ada para komedian Stand Up seperti Pandji Pragiwaksono, Cak Lontong, dan Butet Kertaradjasa.
Kembali ke tagline Kompas TV yang baru, "Suara Indonesia", rasanya sebuah pilihan yang tepat, apalagi memang dimaksudkan untuk mengukuhkan diri sebagai tv berita. Lebih tegas dan lebih lugas dibanding sekadar menginspirasi. Kalaulah "Indonesia" yang bersuara, harus didengar dan ditindaklanjuti oleh segenap komponen bangsa. Beda sekali dengan "suara partai" atau "suara pemodal" yang cenderung menguntungkan pihak tertentu saja.
Sebagai penonton setia Kompas TV saya menginginkan Kompas TV bisa menjadi referensi bagi publik secara umum, sebagaimana posisi Harian Kompas di industri persuratkabaran. Tolok ukurnya adalah kualitas berita, tidak sekadar kecepatan. Cepat tapi malah kelupaan melakukan check and recheck, apalagi bisa berdampak memancing provokasi dari pihak lain, jelas bukan gaya Kompas.
Ciri mengutamakan sisi pluralitas bangsa tetap harus dijaga dan ditingkatkan. Pemberitaan ataupun pembahasan suatu topik harus mempertimbangkan kebinekaan kita, lintas suku, lintas daerah, lintas budaya, dan lintas agama. Selamat untuk Kompas TV, semoga semakin berjaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H