Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sensitifnya Wilayah Perbatasan, Tidak Hanya di Batas Negara

23 Mei 2016   18:51 Diperbarui: 23 Mei 2016   19:29 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sungai di ibukota"

Warga vila Nusa Indah di Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, melontarkan keinginan untuk bergabung ke wilayah Kota Bekasi, karena sudah lelah berjuang memperbaiki lingkungan perumahan yang rusak, namun merasa tidak mendapat perhatian dari Pemkab Bogor.  Sementara itu, infrastruktur jalan yang berbatasan dengan perumahan tersebut yang termasuk wilayah Kota Bekasi dalam kondisi baik (Kompas, 23/5).

Saya jadi teringat dengan kondisi di dua provinsi bertetangga karena relatif sering saya kunjungi, yakni Sumbar dan Riau. Sekitar belasan  tahun yang lalu, orang Riau iri melihat mulusnya jalan raya di Sumbar, bahkan sampai ke jalan di perkampungan, yang membentang mulus. Sementara itu jalan raya dari Pekanbaru, ibukota provinsi Riau, ke Dumai, kota terbesar kedua di Riau, banyak lobangnya. Sekarang gantian orang Sumbar yang iri, karena jalan yang dulu mulus tidak dirawat dengan baik, dan mulai ada bagian yang rusak. Padahal di Riau baru saja memperbaiki jalannya sehingga menjadi mulus.

Kalau hanya sekadar iri, rasanya bukan masalah serius. Namun tentu semua pemda baik level provinsi maupun kabupaten/kota, perlu menggenjot perbaikan infrastruktur jalan raya, jangan kalah sama daerah tetangga. Namun kalau ada suatu wilayah mengancam ingin menjadi bagian dari kabupaten tetangga, tentu perlu disikapi lebih serius termasuk menyusun regulasinya. Selama ini yang banyak terjadi adalah pemekaran wilayah, karena dianaktirikan kabupaten induk.

Akan sangat ironis bila hal tersebut terjadi di wilayah sekitar batas negara. Di Sanggau, Kalbar, saya pernah ke sana tahun 2012 dan menyeberang sampai ke Kuching, Sarawak, Malaysia, amat nyata beda kualitas jalan rayanya. Setelah badan pegel diguncang jalanan berlubang, maka begitu melewati pos imigrasi di Entikong, jalan raya di Sarawak terasa empuk, lebar dan mulus.

Untunglah, sekarang di era Jokowi, pembangunan kawasan perbatasan negara dipercepat dan menjadi salah satu fokus pembangunan. Bayangkan kalau kita semakin tertinggal, tentu menyisakan banyak problem sosial. Memang penduduk Sanggau tidak akan menuntut wilayahnya agar "diakuisisi" saja oleh Malaysia. Tapi diam-diam akan  banyak yang ingin hijrah dan syukur-syukur menjadi warga negara Malaysia.

O ya, di hari Minggu kemaren saya ke Tangerang melewati jalan Daan Mogot, sengaja tidak lewat jalan tol. Dari pengamatan saya, kualitas jalan raya di Jakarta dan Tangerang relatif sama. Tapi kualitas lingkungan sungai di sepanjang sisi jalan, terlihat berbeda. Yang masuk bagian Jakarta, airnya mengalir lancar, diperlebar, dan bersih dari bangunan liar di pinggir sungai (lihat foto). Begitu memasuki Tangerang, sungainya menyempit, dan banyak semak belukar. Jadi di samping jalan raya, kondisi lingkungan sungai pun perlu mendapat perhatian pemda setempat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun