Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Saya, Aku, Aden, dan Ambo

15 Agustus 2014   18:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sampai sekarang saya tidak tahu secara persis apa perbedaan "saya" dan "aku" sebagai kata ganti orang pertama dalam Ilmu Tata Bahasa Indonesia.

Persepsi saya, berdasarkan pengamatan sekilas saja, "saya" dipakai dalam ragam formal, termasuk bahasa tulis, sedangkan "aku" lebih banyak dipakai dalam ragam informal, khususnya bahasa lisan di lingkungan anak muda/remaja. Makanya, saya tidak berani memakai "aku" ketika berbicara dengan atasan di kantor, namun kepada teman-teman se usia atau yang lebih muda, kalau sudah merasa akrab, saya kadang-kadang memakai "aku" untuk mengimbangi mereka yang ber-aku.

Tapi sekarang saya harus merubah persepsi, sejak di kantor tempat saya bekerja makin banyak para fresh graduate yang join. Mereka biasa saja ngomong ber-aku kepada atasannya. Hal ini menular juga, ketika mulai banyak staf berusia relatif muda dipromosikan menjadi pejabat. Nah, pejabat muda ini dalam memberikan kata sambutan di berbagai forum cenderung berbicara dengan freestyle, termasuk dengan menggunakan "aku". Meskipun demikian, sampai sekarang dalam bahasa tulis seperti di surat dinas belum saya temukan kata aku.

Di daerah asal saya, Sumatera Barat, dalam bahasa Minang dikenal kata "ambo" dan "aden". Ambo lebih halus, sedangkan aden lebih kasar. Percakapan di kantor, di lingkungan sekolah/kampus, di masjid, lazimnya memakai kata ambo. Tapi, di lingkungan terminal bus sebagai contoh, antar mereka yang sudah saling kenal, lebih sering memakai aden.

Nah, tadinya saya terpengaruh bahasa Minang, dengan menganggap "saya" lebih halus ketimbang "aku". Namun sekarang saya ragu, sepertinya masalah "saya" dan "aku" tidak relevan dengan "halus-kasar", tapi hanya sekadar "formal-informal" saja.

Jadi, saya tidak perlu sewot ketika rekan kantor yang posisinya kebetulan anak buah saya, memakai "aku" saat berkomunikasi dengan saya. Justru saya ikut ge-er, merasa lebih muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun